PERKEMBANGAN JALUR-JALUR KERETA API DI KOTA SEMARANG SEJAK TAHUN 1867-1955

PERKEMBANGAN JALUR-JALUR KERETA API
DI KOTA SEMARANG SEJAK TAHUN 1867-1955
PENELITIAN
Disusun
guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metode Penelitian Sejarah
Dosen
Pengampu:
Muhammad
Shokeh, S.Pd, M.A
Drs.
Ibnu Sodiq, M.Hum
Oleh:
Unik
Nurul Asmi 3101414052
Rombel
4B
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Terimakasih
dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan bimbingaNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian yang
berjudul “Perkembangan Jalur-Jalur Kereta Api Di Kota Semarang
Sejak Tahun 1867-1955” untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Metode penulisan
Sejarah dengan lancar.
Penulis
juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang terkait dengan
proses pembuatan dan pelaksanaan penelitian tugas akhir ini sehingga dapat
selesai dengan baik. Bapak Muhammad Shokeh dan Bapak Ibnu Shodiq selaku dosen
pengampu mata kuliah Metode Penulisan Sejarah. Terimakasih juga untuk orang tua
yang senantiasa membantu melalui doa dan materil. Serta teman – teman yang ikut
membantu dalam peneliatian ini. Tak lupa pula bapak Suryo dan pak Sapto sebagai
narasumber.
Penulis
juga mohon maaf apabila dalam penulisan penelitian ini masih banyak kesalahan
dan kekeliruan. Namun penulis sangat berharap apabila penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa maupun umum.
Semarang,
21 Juni 2016
Unik Nurul Asmi
DAFTAR ISI
HALAMAN
DEPAN.................................................................................
i
KATAPENGANTAR............................................................................................
DAFTAR
ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
A Latar
Belakang……………………………………………………………
B Rumusan
Masalah……………………………………………………….
C Tujuan
Penelitian………………………………………………………..
D Manfaat
Penelitian………………………………………………………
E Ruang
Lingkup Penelitian……………………………………………...
F
Tinjauan Pustaka…………………………………………………………
G Metode
Penelitian……………………………………………………….
H Sistem
Penulisan………………………………………………………..
BAB II
SEJARAH AWAL JALUR KERETA API DI KOTA SEMARANG ..
A. Keadaan
Kota Semarang pada akhir Abad ke 19……………………
B. Proses
pembuatan Jalur Kereta Api ………………………………..
BAB III PERKEMBANGAN
JALUR-JALUR KERETA API DI KOTA SEMARANG ………………………………………………………………….
A Jalur
Pertama Kereta Api pada masa Kolonial di Kota Semarang…..
B Jalur
Kereta Api setelah kedatangan Jepang di Kota Semarang……..
C Jalur
Kereta Api setelah Kemerdekaan di Kota Semarang………….
BAB IV PERAN JALUR KERETA API DI KOTA
SEMARANG …………
BAB V PENUTUP…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Transportasi merupakan bagian penting dalam
kehidupan manusia. Mulai dari zaman manusia belum mengenal transportasi yang
modern seperti saat ini nenek moyang kita sudah mengenal kapal laut sebagai
salah satu alat transportasi. Namun di darat pada zaman dahulu masih
mengguanakan sarana yang sederhana seperti manusia itu sendiri dan binatang –
binatang ternak yang mereka miliki ada kuda, sapi dan sebagainya yang mampu
memindahkan barang atau manusia dari satu tempat ke tempat yang lain.
Transportasi saat ini menjadi bagian yang penting dalam keberlangsungan hidup.
Karena apabila transportasi terhambat dapat mempengaruhi bagian lain terutama
manusia dalam menjalankan aktivitas hidupnya.
Betapa besar dan penting peranan transportasi dalam
kehidupan manusia, tampak dari usaha –usaha manusia unttuk senantiasa
memperbaiki dan meningkatkan sistem serta kapasitas angkut sepanjang zaman
sejjak dahulu kala hingga sekarang ini. Makin tambah baik alat transportasi
yang digunakan manusia, makin bertambah tinggi tingkat mobilitas manusia itu,
baik secara individual maupun secara sosial; berarti makin besar pula
kemungkinan manusia dalam memperoleh sumber penghidupan yang lebih baik.
(Siregar dalam Nusantara. 1997:1)
Sampai pertengahan abad ke-19 Masehi alat
transportasi yang digunakan di Indonesia masih tergolong sederhana dan tradisional,
baik transportasi darat maupun transportasi laut.berupa benda dipundak manusia,
gerobak yang ditarik oleh hewan, perahu yang dihela, kapal layar, rakit yang
digerakan arus sungai dan lain-lain. (Nusantara. 1997: 2)
Semarang merupakan salah satu kota yang tergolong
megah pada masa kolonial dahulu. Kota ini memiliki dua daerah yang secara
geografis berlawanan. Daerah bagian selatan berada pada ketinggian 270 m diatas
permukaan laut, merupakan perbukitan yang berhawa sejuk dan segar. Sedangkan di
bagian utara adalah dataran alluvial pantai dengan ketinggian 0,5-5 meter
diatas permukaan laut. Daerah dikenal dengan nama kota bawah ini merupakan pusat
aktivitas pemerintah, perdagangan seperti dikawasan Johar, Simpang Lima. Jika
iklim di daerah atas seju, sedangkan di daerah pantai panas. (Santoso, 2001:
248)
Karesidenan semarang di Sebelah barat berbatasan
dengan karesidenan pekalongan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Karesidenan
kedu, Surakarta, Madiun. Disebelah timur dan Timur laut berbatasan dengan
Karesidenan Rembang dan Jepara, di sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa.
Dalam abad ke -19, kariesidenan Semarang terdiri dari 5 kabupaten, yakni
Kabupaten Semarang, Salatiga, Ambarawa, Kaliwungu, Kendal, Selokaton, Demak dan
Grobogan. Secara Administratif Karesidenan Semarang pada akhir abad ke-19
terdiri dari 8 afdeeling atau
pembagian wilayah, yaitu Semarang, Salatiga, Kendal, Demak, Grobogan, Pati,
Kudus dan Jepara. (inventaris Arsip Jawa Tengah karesidenan Semarang)
Secara geografis , kota Semarang juga menjadi salah
satu pintu gerbang Jawa Tengah. Kota ini memiliki bandara Ahmad Yani, pelabuhan
Tanjung Emas serta duya stasiun besar yaitu Stasiun Tawang dan Stasiun Poncol .
Dimana di kota ini menjadi pusat pelabuhan yang memungkinkan berbagai macam
etnis pernah singgah ataupun betempat tiggal disini. Di jalur darat diperlukan
jalan – jalan untuk mengangkut bahan- bahan hasil perkebunan dari pedalaman ke
daerah pelabuhan, sehingga pemerintah Belanda membuat tata letak kota semarang
sestrategis mungkin. Karena tenaga hewan tidak selalu memungkinkan untuk
mengangkut barang, maka dibuatlah suatu alat transportasi yang mampu
mempermudah pengangkutan barang. (Santoso, 2001:249)
Semarang merupakan salah satu kota yang kaya akan
hasil bumi. Beberapa perkebunan di kota Semarang dibuka selama periode 1860,
seperti perkebunan di Ambarawa, Kedu dan Salatiga yang merupakan penyebab utama
dari meningkatnya produksi hasil-hasil perdagangan. Perkebunan – perkebunan
tersebut sebagian besar diperuntukkan bagi tanaman kopi, kina dan padi.
Orang-orang Eropa menginvestaikan modal dalam perusahaan pertanian, apalagi
setelah diberlakukannya Undang –undang Agraria. Perdagangan ekspor Hindia
Belanda yang makin meningkat mendorong pengangkut laut , dan dengan demikian
meningkat pulakebutuhan akan suatu armada dagang. (Poesponegoro. 2008:385)
Hingga Belanda menerapkan berbagai sistem terhadap
rakyat Indonesia mulai dari sewa tanah hingga kerja paksa. Setelah tanam paksa berlaku dibangunlah jalur – jalur kereta api di Indonesia, mulai
dari kota Semarang sebagai tempat pertama kali ditanamkan rel kereta api. Jalur
tersebut melalui tempat – tempat yang dipandang cukup strategis.
Semarang dipilih sebagai awal
pembangunan rel kereta api di masa Kolonial, sebab kota ini memiliki peran
penting bagi pemerintah kala itu. Selain sebagai kota administrasi, Semarang
juga menjadi pusat perdagangan terutama gula yang pada saat itu menjadi
komoditas utama. Perkembangan perkeretaapian di Semarang sangat pesat karena
kota ini adalah jaringan penghubung antara daerah-daerah pedalaman yang menjadi
tempat produksi gula ke pelabuhan Semarang yang menjadi gerbang ekspor-impor
internasional. Peran kereta api yang amat penting inilah yang menjadikan
Semarang sebagai kota yang ramai dengan aktivitas perdagangan dan
industrialisasi. Peran kereta api sebagai bagian dari sejarah kita, setidaknya
ada 6 stasiun di kota Semarang ini yaitu stasiun Kemijen, stasiun Jurnatan,
stasiun Tanggung, stasiun Pendikran, stasiun Tawang dan stasiun Poncol.
Usulan mengenai pembangunan jaringan kereta api dilontarkan oleh
kolonel Jhn. Van Der Wijk dan mendapat dukungan dari J. Trom, seorang insinyur
kepala bagian pengairan dan bangunan. Pada tahun 1860 Raja Willem III
memerintahkan menteri urusan jajahan T.J Stilcjes untuk mengadakan penelitian.
Atas penelitian yang dilakukannya, T.J. Stilcjes menyarankan agar pembangunan
rel lewat Ungaran-Salatiga. Nederlands
Indische Spoorweg Maatschaj (NISM) sebuah perusahaan swasta yang kemudian memulai pembangunan jalan kereta api di Indonesia dari desa Kemijen Semarang pada tanggal 17 Juni 1864. Enam tahun kemudian kereta apai yang pertama melaju pada tanggal 10 Agustus 1870 dan pada tahun 1874 jalur kereta api sudah sampai di Yogyakarta. Untuk kantor pusat NISM menggunakan Gedung Lawang Sewu terletak di jalan Bojong 160 (sekarang jalan Pemuda 160), sampai sekarang gedung ini menjadi salah satu peninggalan sejarah kota semarang
Indische Spoorweg Maatschaj (NISM) sebuah perusahaan swasta yang kemudian memulai pembangunan jalan kereta api di Indonesia dari desa Kemijen Semarang pada tanggal 17 Juni 1864. Enam tahun kemudian kereta apai yang pertama melaju pada tanggal 10 Agustus 1870 dan pada tahun 1874 jalur kereta api sudah sampai di Yogyakarta. Untuk kantor pusat NISM menggunakan Gedung Lawang Sewu terletak di jalan Bojong 160 (sekarang jalan Pemuda 160), sampai sekarang gedung ini menjadi salah satu peninggalan sejarah kota semarang
Dengan keputusan pemerintah tanggal 27 Maret 1864
No. 1, kepada N.I.S.M diberikan konsesi tak memakai jaminan bunga dari
pemerintah untuk mmemperbaiki dan mengeksplotir jalan kereta api Jakarta –
Bogor. (Simeon,1953:37)
Gagasan yang telah ada sejak 1840 ini pada mulanya
ditentang keras karena ada anggapan tentang minimnya volume produk yang akan
diangkut dan hanya segelintir orang Belanda saja yang akan memanfaatkannya.
Saat itu meski sudah ada jalan raya pos (de Groothe
Postweg), yang dibangun pada masa Deandels, produk perkebunan masih saja
menumpuk di wilayah pedalaman sehingga membutuhkan waktu lama untuk diolah atau
dikirim ke pelabuhan.Gambar Genta Perlintasan Kereta Api Awalnya adalah
membangun jalur rel Semarang – Vorstenlanden (wilayah kerajaan Surakarta dan
Yogyakarta, daerah perkebunan yang subur). Pembangunan ini dilaksanakan oleh
Nederlandsch – Indisch Spoorwegmaatschappij (NIS).
Sejak tahun 1867, meskipun didera kesulitan keuangan
dan teknis, dimulailah pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Semarang
– Tanggung sepanjang 27 km. Peresmiannya baru dilakukan pada 10 agustus 1867.
Lima tahun kemudian lintasan Semarang – Surakarta – Yogyakarta bisa dikerjakan
dengan susah payah, termasuk lintasan cabang Kedung Jati – Ambarawa untuk kepentingan
militer.
Adanya keuntungan yang mampu diraih dari bisnis
kereta api ini mendorong munculnya perusahaan kereta api di Jawa diantaranya
Semarang – Joana Stoomtram Maatschaappij (SJS) dan Semarang – Cheribon
Stoomtram Maatschappij (SCS). Kereta Api terus mengalami perkembangan, hingga
berubah fungsi yang awalnya digunakan sebagai alat pengangkut barang bertubah
menjadi alat transportasi untuk manusia sendiri.
Di tengah upaya pimpinan SS untuk memperbaiki
kembali citra perkeretaapian. Pemerintah Hindia Belanda segera dikejutkan dengan
adanya serangan balatentara Jepang di berbagai wilayah yang dikuasai mereka.
Dengan menyerahnya pemerintah Hindia Belanda kepada jepang, secara otomatis
membawa pengaruh pula terhadap semua program kerja yang telah disusun oleh SS.
Akan tetapi setelah masa pemerintahan Jepang ada
beberapa jalur yang dimatikan atau dibiarkan terbengkalai begitu saja hingga
saat ini. Hall ini menyebabkan dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai rumah
tinggal atau gubuk – gubuk. Seandainya
jalur – jalur yang ahulu dibangun oleh pemerintahan belanda masih aktif akankah
memperlancar atau malah mnghambat transportasi kota. Penghentian jalur ini
dianggap sudah tidak efektif lagi untuk digunakan, karena hanya memperboros dan
menambha biaya operasioan, karena kereta api [ada masa itu kembali pada masa
keterpurkan.
Pada masa kemerdekaan kereta api memberika peranan
penting, dengan adanya jalurr- jalur kereta api digunakan untuk mengangkut para
pahlawan yang ingin berjuang bahkan dipakai oleh Presiden Soekarno untuk
berpindah dari Jakarta ke Jogjakarta. Pada masa kemerdekaan hingga sesudahnya
kere masih berada pada masa suramnya. Baru setelah dibentuk presiden dan dengan
adanya rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) kereta api benar – benar
mendapat perhatian dari pemerintah walaupun belum sempurna semuanya.
Dari uraian di atas dapat di lihat
pembangunan jaringan kereta api ini mempunyai pengaruh besar terhadap pasaran
hasil bumi, misalnya beras, gula dan lain-lain. Kecuali itu, mempermudah
perdagangan serta komunikasi antar daerah dan kota, mempermudah mobilitas
penduduk, mempercepat urbanisasi dan meringankan penjagaan keamanan oleh
pemerintah Belanda pada umumnya. Meskipun pembangunan jaringan kereta api juga
membawa manfaat, namun tetap saja menimbulkan penderitaan bagi rakyat Indonesia
karena yang diuntungkan oleh pembangunan jaringan kereta api initetap saja
adalah bangsa penjajah.
Masalah ini akan kita bahas dalam makalah Peerkembanga
Jalur Perkeretaapian di Indonesia sejak tahun 1867 hingga tahun 1955.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Sejarah Kereta Api di Kota Semarang?
2.
Bagaimana perkembangan jalur – jalur kereta api di
kota Semarang?
3.
Bagaiaman peran jalur Kereta Api di Kota Semarang?
C. TUJUAN
Ada beberapa
tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini. Beberapa tujuan tersebut antara
lain ingin mengetahui :
1.
Mengetahui sejarah kereta Api di Kota Semarang
2.
Mengetahui perkembangan jalur – jalur kereta api di
kota Semarang
3.
Mengetahui peran jalur kereta api di kota Semarang
D. MANFAAT
1.
Memperkaya khasanah penelitian khususnya perguruan
tinggi.
2.
Menumbuhkan rasa cinta terhadap sejarah.
3.
Menyadari warisan sejarah sendiri untuk generasi
penerus.
4.
Pembaca diharapkan mengetahui tempat – tempat
bersejarah yang ada di Kabupaten Semarang.
5.
Menjadi sumber literature guna melengkapi penelitian
yang serupa.
6.
Menambah wawasan akan Sejarah perkeretaapian Indonesia.
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Dalam
penelitian ini, penulis membatasi diri pada dua ruang lingkup peneltian yakni,
lingkup spasial dan temporal. Kedua ruang lingkup ini sangat diperlukan agar
penelitian yang akan dilakukan tidak menyimpang dan tetap sesuai dengan
permasalahan yang diangkat.
Ruang
lingkup temporal penelitian ini diawali dari tahun 1862 karena pada tahun ini
rel kereta api pertama di Semarang baru di tanamkan. Hal ini dibuktikan dengan
adanya Surat keputusan dari Gubernur Jemderal Belanda pada tanggal 28 Agustus
1862 yang menyatakan konsesi permohonan Poolman dan kawan – kawan akan jalur
kereta api dikabulkan.
Ruang
lingkup spasialnya adalah wilayah Kota Semarang khususnya jalur – jalur pertama
adanya rel kereta api seperti Desa kemijen, jalan Bodjong dan tempat tempat
lain yang memiliki andil besar dalam kemajuan dan perkembangan kereta api.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Penulisan penelitian sejarah ini bukanlah hal yang pertama, sudah
ada yang pernah meneliti sebelumnya. Sebagian besar hasil penelitian yang sudah
dilakukan juga digunakan dalam penelitian ini. Beberapa buku yang pernah
digunakan antara lain :
Buku yang pertama adalah buku Profil
Daerah Kabupaten dan Kota, karya dari F. Harianto Santoso. Dalam buku ini
dibahas mengenai profil dan gambaran mengenai kota Semarang secara ekonomi,
geografi serta sejarah. Dalam buku ini dijelaskan pula keadaan kota Semarang
yang sering terjadi rob dan banjir. Namun buku ini kurang membahas secara
lengkap mengenai sejarah kota Semarang.
Buku yang kedua adalah karya bapak M. Shokheh yang berjudul Gerakan Keagamaan dan Perubahan Sosial
dakwah Islam dan Misi Katolik di Semarang 1890-1940. Dari buku ini tidak
diambil semua, hanya pada bagian subbab mengenai keadaan kota Semarang menjadi
kota modern yang di tandai dengan dibangunnya pelabuhan dan kereta api.
Buku yang ketiga adalah buku Sejarah
Nasional Indonesia IV karya Marwati Djoened dkk. Dalam buku ini membahas
mengenai tanam paksa sebagai latar belakang dibangunnya rel kereta api sebagai
pengangkut hasil pertanian dan perkebunan. Yang semula sudah ada alat angkutnya
yaitu kereta kuda namun, lama kelamaan tidak menguntungkan bahkan mengalami
kerugian akibat banyaknya hewan yang mati maupun maslah penyakit.
Buku karya Tim Telaga Bakti Nusantara yang berjudul Sejarah Perkeretaapian Indonesia yang
diterbitkan oleh Angkasa Bandung, buku ini terbagi menjadi 2 jilid yaitu jilid
1 dan jilid 2. Buku ini banyak menggambarkan tentang sejarah perkembangan
perkeretaapian. Pada jilid pertama buku ini membahas tentang politik colonial
dan perkembangan transportasi pada abad 19 serta bagaimana lahirnya
perkeretaapian, pembangunan kereta api di Indonesia serta prasarana, sarana
iperasi, kepegawaian dan keuangan. Buku ini mengetengahkan sejarah kereta api
di Indonesia dengan latar belakang Indonesia. Jilid 1 ini mengisahkan kejadian
antara tahun 1808 sampai masa pendudukan Jepang. PAda buku jilid 2 buku ini
membahas kondisi perkeretaapian pada masa colonial hingga pada masa
kemerdekaan.
Buku lain yang digunakan adalah buku Sejarah Kereta Api Negara (S.S/D.K.A) di Indonesia. Karya R.Oerip Simeun.
Buku ini membahas mengenai Sejarah kereta api mulai dari jalur kereta,
percobaan hingga lokomotif. Dalam buku ini diceritaka asala mula dibangunnya
perusahaan kereta milik pemerintah yang kemudian bersattu dengan swasta dan
mengalami beberapa kali perubahan nama hingga sekarang. Selain itu juga
dijelaskan perkembangan perlengkapan kereta api mulai dari rel, d=signal,
lokomotif dan lainnya, serta perkembangannya sejak awal hingga memasuki zaman
modern ini. Buku ini cukup detail dalam mencertakan dan memberikan gambaran.
Buku Peranan Tram Semarang –
Juana sebagai sarana Pengangkutan pada tahun 1885-1900 karya Endang
Susilowati yang berisi tentang Perkembangan Tram mulai dari proses permohonan
konsesi hingga berfungsi sebagaii alat pengangkutan barang. Buku ini
menjelaskan secara runtut jalur – jalur di senarang yang digunakan sebagai
jalur Tram. Dan menjelaskan peranan tram yang mampu mengemangakan suatu daerah
yang awalnya sulit terjangkau dan terpencil menjadi terbuka dan memudahkan
transportasi.
Buku Meretas Masa Semarang
Tempo Doeloe karya eddy Muspriyanto dkk yang menuliskan sejarah Stasiun
kemijen sebagai stasiun pertama kemudian stasiun Tawang hingga Stasiun Poncol.
Dalam buku ini hanya membahas secara singkat tempat – tempat bersejarah yang
aada di kota Semarang.
Serta Buku milik PT .Kereta Api persero yang baru dan berisikan
stasiun – stasiun yang ada di Indonesia. Seperti stasiun Tanggung yang
merupakan stasiun yang dibangun dari kemijen yang sekarang berfungsi sebagai
tempat wisata.
G. METODE PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode
historis/sejarah. Adapun langkah – langkahnya ada empat tahap, yaitu:
1.
Heuristik
Merupakan langkah awal metode
penelitian sejarah yakni tahap mengumpulkan data dan fakta-fakta yang ada yang
berkaitan dengan kereta api dan jalur - jalurnya. Dalam usaha ini peneliti
mencari sumber data di beberapa perpustakaan, yaitu perpustakaan jurusan
Sejarah, Perpustakan Daerah Kota Semarang, Badan Arsip dan Perpustakaan
Provinsi Jawa Tengah, buku-buku yang relevan dan internet. Untuk memperoleh
data yang berkenaan dengan focus penelitian ini menggunakan langkah – langkah
sebagai berikut :
a.
Metode Observasi ( pengamatan langsung )
Observasi
merupakan metode yang digunakan dengan cara mengamati langsung dan melihat
kondisi yang terjadi di lapangan atau mengamati pada obyek penelitian. Observasi
dapat dilakukan dengan cara mengamati langsung tempat tempat yang pernah
dilalui jalur kereta api zaman dahulu ataupun jalur kereta api yang masih aktif
saat ini. Tempat – tempat yang dikunjungi adalah :
-
Stasiun Pertama kali di Semarang,
Stasiun Semarang Gudang dan Stasiun Kemijen, merupakan sumber nyata yang masih
bisa dilihat untk membandingkan tempat yang di dapatkan di buku-buku
sebelumnya.
-
Stasiun Ambarawa, merupakan bekas
stasiun yang kini aktif untuk pelayanan pariwisata.
-
Bangunan Gedung Lawng Sewu di Jl. Pemuda
Semarang, merupakan sumber benda peninggalan sejarah yang masih megah berdiri
dan sekarang digunakan sebagai museum kereta api.
-
Kantor PJKA Daop IV Semarang, Stasiun
Tawang dan Stasiun Poncol serta Depo tempat penyimpanan lokomotof Daop IV
Semarang.
b. Wawancara ( interview )
Wawancara
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dengan cara lisan dengan
mewawancarai seorang narasumber yang terpercaya dan terkait dengan. Wawancara
dapat dilakukan dengan mewawancarai seorang yang mengerti, memahami ataupun
berperan dalam perkeretaapian Indonesia khususnya kota Semarang. Bapak Sapto
yang merupakan pengelola lawing sewu serta bapak Suryo yang tingga tepat di
samping bekas stasiun Semarang pertama dan pernah bekerja sebagai pegawai di
Perkeretaapian.
c. Studi
Pustaka
Merupakan
kegiatan untuk memperoleh data dari buku-buku, majalah-majalah, artikel maupun
dokumen yang terkait dengan jalur – jalur kereta api. Literatur-literatur
tersebut didapat dari perpustakaan Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang,
perpustakaan pusat Universitas Negeri Semarang, Perpustakaan Kota Semarang,
Perpustakaan Daerah Semarang, Arsip Srondoldan, Lawang Sewu dan Museum Pers
Surakarta.
2. Analisis
( Kritik Sumber )
Pada tahap ini, sumber yang telah dikumpulkan pada
kegiatan heuristik yang berupa; buku-buku yang relevan dengan
pembahasan yang terkait, maupun hasil temuan dilapangan tentang
bukti-bukti dilapangan tentang pembahasan jlur – jalur kereta api di Kota
Semarang. Setelah bukti itu atau data itu ditemukan maka dilakukan penyaringan
atau penyeleksian dengan mengacu pada prosedur yang ada, yakni sumber yang
faktual dan orisinalnya terjamin.
Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber
pertama. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai
kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber itu. Dalam metode sejarah
dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin,
2007:132).
a.
Kritik internal (dalam)
Kritik intern dilakukan untuk
menyelidiki sumber yang berkaitan dengan sumber masalah penelitian . Tahapan
ini menjadi ukuran sejauh mana objektivitas penulis dalam mengelaborasi segenap
data atau sumber yang telah diperolehnya, dan tentunya mengedepankan prioritas.
Kritik intern digunakan untuk mencari keontetikan isi
dari penelitian tersebut apakah sumber informasi itu dapat memberikan informasi
yang kita butuhkan. Kritik intern dapat berupa melihat foto – foto yang ada,
Koran – Koran kereta, majalah da nisi dari bukti – bukti dokumen yang dimiliki.
b.
Kritik eksternal (luar)
Sebagaimana yang disarankan oleh istilahnya, kritik
eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-asspek
“luar” dari sumber sejarah. Sebelum semua kesaksian yang berhasil dikumpulkan
oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekonstruksi masa lalu, maka terlebih
dahulu harus dilakukan pemeriksaan yang ketat. Jadi serupa dengan evidensi yang
diajukan dalam suatu pengadilan. Atas dasar berbagai alasan atau syarat, setiap
sumber harus dinyatakan dahulu otentik dan intergral. Saksi mata atau penulis
itu harus diketahui sebagai orang yang dapat dipercayai (credible) (Lucey,
Penelitian mengenai jalur – jalur
kereta api kota Semarang dapat dilakukan melalui melihat Koran pada zaman
colonial yang memberitakan kereta api, wawancara dengan narasumber, dan melihat
gedung – gedung peninggalan jalur kereta api di Kota Semarang.
3.
Interpretasi (penafsiran)
Setelah melalui tahapan
kritik sumber, kemudian dilakukan interpretasi atau penafsiran terhadap fakta
sejarah yang diperoleh dari arsip, buku-buku yang relevan dengan pembahasan,
maupun hasil penelitian langsung dilapangan. Tahapan ini menuntut kehati-hatian
dan integritas penulis untuk menafsirkan data yang diperoleh dari buku tentang
kereta, PT. KAI atupun arsip dari Lawing sewu dan gedung bekas stasiun Gudang
di desa Kemijen.
4.
Historiografi
Historiografi atau
penulisan sejarah merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian dari metode
historis. Tahapan heuristik, kritik sumber, serta interpretasi, kemudian
dielaborasi sehingga menghasilkan sebuah historiografi. Pada tahap ini yang
akan disuusun menjadi historiografi adalah deskripsi analisis mengenai sejarah
perkembangan jalur perkeretaapian di kota Semarang. Dimana dalam pembahasannya
dibatasi dari tahun 1867 sampai tahun1955.
H.
SISTEMATIKA
PENULISAN
Pada
penelitian yang berjudul “Sejarah Perkembangan Jalur Kereta Api di Kota
Semarang sejak tahun 1967 sampai 1955” ini secara garis besar sistematikanya
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1.
Pendahuluan
Bagia ini
terdiri dari halaman judul, kata pengantar dan ddaftar isi serta lampiran.
2.
Bagian Isi
Bagian
ini terdiri dari :
BAB I Pendahuluan, bab ini
terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB II Pada bab dua ini akan
dibahas mengenai keadaan awal kota Semarang serta proses pembuatan jalur Kereta
Api
BAB III Pada bab ini di Bahas
mengenai perkembangan jalur-jalur kereta api dalam tiga zaman yaitu masa
colonial, Jepang dan kemerdekaan.
BAB IV Menjelaskan mengenai
peranan jalur kereta api dalam tig zaman tersebut.
BAB V Penutup yang berisi
kesimpulan.
BAB II
SEJARAH
AWAL JALUR KERETA API DI KOTA SEMARANG
C. Keadaan
Kota Semarang pada akhir Abad ke 19
Semarang merupakan salah satu residen yang ada
di jawa Tengah. Secara administrative pada akhir abad XIX residen Semarang
terdiri dari 8 afdeling yaitu afdeling Semarang, afdeling Salatiga, afdeling
Kendal, afdeling Demak, afdeling Grobogan (ibukota Purwodadi), afdeling Pati,
afdeling Kudus dan afdeling Jepara. Residen Semarang adalah daerah yang
terpenting di Jawa Tengah. Ibukotanya, yaitu Semarang, merupakan pelabuhan
utama dari bagian pulau Jawa. Pada Tahun1885 penduduk residensi berjumlah
1.344.916 jiwa, terdiri dari 5.002 orang Eropa, 17.472 orang Cina, 696 orang
Arab, 1.034 orang Timur Asing lainnya dan 1.320. 712 orang Pribumi. Beberapa
afdeling yang ada di Semarang merupakan daerah – daerah penghasil bahan –bahan
komoditi kspor impor yang cukup penting, disamping kebutuhan untuk hasil bumi
dalam negeri. Maka daerah – daerah tersebut berdekatan dengan jalur tram dan
kereta api.
Afdeling Demak secara Khusus merupakan daerah
penghasil kapuk randu. Selain itu penduduknya juga menanam tanaman yang biasa
di tanam di kebanyakan daerah Indonesia yaitu pohon kelapa dan padi. Ibu kota
afdeling demak pada waktu itu berpenduduk sekitar 5.200 jiwa, diantaranya
terdapat 50 orang Eropa dan 500 orang Cina. Daerah ini terletak pada jalur Tram
Semarang Juana.
Afdeling Kudus merupakan daerah pengahsil padi
yangbmelimpah. Daerah yang terletak pada aliran sungai Gelis dan jalan tram
Smarang – Juana ini sebagian penduduknya adalah kaum pedagang. Mereka berdagang
dengan berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain di Pulau Jawa,
tetapi kadang – kadang selama beberapa tahun mereka hanya menetap di satu
tempat atau bahkan hanya tinggal di rumah. Di afdeling Kudus terdapat tiga buah
pabrik gula dari perusahaan perkebunan jepara yang memiliki pabrik Gula Rendeng
dan Tanjungmojo.
Di afdeling Pati, tanaman yang di tanam
ternyata lebih beragam. Empat buah perkebunan sewaan secara turun – temurun
yang terdapat di afdeling pati ditanami kopi, kapuk, karet, rempah – rempah dan
tanaman dalam negeri lainnya. Dis amping itu juga terdapat 3 buah perusahaan
kehutanan yang memproduksi kayu jati, terletak di distrik Tayu, Pati Barat dan
Pati timur. Pabrik gula yang terdapat di daerah pati berjumlah 3 buah, satu
diantaranya adalah pabrik gula Langse yang cukup besar dan produktif. Didaerah
ini juga terdapat sebuah perusahaan yang mengeksploitasi sejenis batu cadas
yang di halauskan dan dikenal dengan nama tras.
Afdeling Juana merupakan daerah yang terletak
diantara aliran sungai Juana dan jalur jalan tram Semarang – Rembang ini
merupakan sebuah kota dagang yang cukup penting. Di daerah ini banyak ditemui
tempat pembuaan kapal atau perahu yang berfungsi untuk mengangkut gula dari
Jepara. Pada akhir abad XIX penduduk afdeling Juanaberjumlah 61.000 jiwa,
diantaranya terdapat 100 orang Eropa, 1600orang Cina dan beberapa orang timur
asing.
Ketika transportasi air sudah tidak efisien
lagi maka untuk mengangkut hasil perkebunan dan hasil bumi lainna dari daerah
ke kota, khusus ke pelabuhan tkota Semarang di perlukan tram yang di kelola
SJS.SJS telah memperoleh jaringan jalan sehingga memperoleh jalur khusus. Dari
tempat-tempat yang tersebar di seluruh pelosok daerah, hasil perkebunan
diangkut ke gudang – gudang yang ttelah disediakan. Pengangkutan itu biasanya
menggunakan kuda. Hasil perkebunan yang telah terkumpul diangkut ke pelabuhan
untuk di pasarkan ke Eropa. Produksi pertanian dan perkebbunan yang dibawa ke
kota tidak semuanya langsung diangkut ke pelabuhan emarang, ada beberapa hasil
pertanian yang dibawa ke pasar –pasar yang terdapat di Semarang untuk
diperdagangkan dan untuk memenuhi kebutuhan kota.
Hubungan ekonomi antara Semarang dengan daerah
– daerah di sekitarnya tidak akan menjadi lancar bila tanpa didukung oleh
saranatransportasi yang memadai. Dalam hal ini alat angkutan, apapun jenisnya
mempunyai peranan yang cukup pentingbagi hubungan timbal balik antara tempat –
tempat yang disebuttkan diatas. (Susilowati. 1984:19-23)
Perelihan kekuasaan dari penguasa tradisional
ke penguasa colonial pada abad ke 17, serta penerapan administrasi politik dan
ekonomi kolonial di Kota Semarang, menimbulkan berbagai perubahan mendasar
dalam kehidupan masyarakat Semarang. Dibawah penguasan VOC, terjadi pencitraan
baru terhadap semarang. Pada masa VOC Semarang mulai tumbuh dan berkembang
menjadi kota colonial yang modern.
Perkembangan Semarang sebagai sebuah kota, pada
awalnya tidak dapat dilepas dari keberadaan sungai-sungai yang ada di kaasan tersebut,
seperti Kali Semarang dan sungai lain yang ada di sekitarnya. Sungai-sungai di
Semarang pada umumnya berukuran sedang, mengalir di bagian barat, tengah dan
timur kota. Menurut Wijanarka, seorang arsitek yang juga menarauh perhatian
pada arsitektur perkotaan, embrio kota Semarang berada di tepi kali Semarang,
di kawasan yang sekarang menjadi PAsar Johar. Pada kawasan interdapat
alun-alun, dalem di sebelah selatan
alun – alun, Masjid agung di sebelah timur alun-alun, kampong Pecinan pada sisi
Timur masjid, Benteng Belanda di sisi utara kampong Pecinan, serta kampong
Melayupada sisi barat Benteng Belanda.
Aktivitas perekonomian yang semakin meningkat
di Pelabuhan Semarang menuntut adanya perbaikan insfrastruktur jalan untuk
pengangkutankomoditas dan menunjangmobilitas penduduk. Perkembangan Semmarang
pada awal abad ke-18, diwarnai denganpembangunan gedung-gedung perkantoran,
pemerintahan dan perdagangan, serta fasilitas sosial di sekitar Kota Benteng.
Perubahan hebat dalam sejaah Semarang khususnya
dan Jwa tengah pad umumnya, dipengaruhioleh perkembangan yang terjadi pada
sector transportasi, termasuk kereta api di dalamnya. Di Semarang pada tahun
1867 teleh dibuka jalan kereta apai untuk pertama kalinya, yaitu jalur dari
Semarang ke Vorstennlanden.
Pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan Semarang dengan daerah – daerah
sekitarnya, maupun antar daerah di dalam kota, membawa pengaruh terhadap
mobilitas sosial masyarakat.
Pertumbuhan kota Semarang selain ditopang oleh
sarana transportasi darat dan sungai, juga tidak dapat dilepas dari dudkungan
pelabuhan dan ekonomi masritim. Kota Semarang pada masa tanam paksa (1830-1870)
merupakan tempat transit produk perkebunan dari berbagai daerah di sebagain
besar wilayah Jawa Tengah yang diekspor ke Eropa.
Semarang telah berkembang menjadi sebuah kota
Besar sejak dua decade terakhir abad ke-19. Pertumbuhan dalam bidang ekonomi,
insfraktuktur, komunikasi, transportasi, edukasi dan birokrasi yang semakin
modern. Ledatangan orang – orang Eropa ke Semarang telarh memberi corak
perkembangan kota. Pada abad ke -19, Semarang merupakan kota nomor tiga yang
paling padat penduduknya di Jawa. Perkembangan Semarang pada periode antara
tahun 1880-1900 ditandai oleh semakin meningkatnya jumlah perusahaan dan
penanaman modal Barat yang beroperasi di kota ini.
Semarang pada pertengahan abad ke -19 sampai
akhir abad ke 19, bahkan sesudahnya merupakan tempat bagi berkembangknya
jurnalistikyang penting. Hal ini dri dapat dilihat ada beberapa Koran di
Semarang.. di abaf=d ke -19 juga terjadi pertumbuhan penduduk yang pesat di
kota Semarang, seiring dengan perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan dan
perekonomian. Banyaknya etnis yang ada di Semarang menambah semakin beragam
corak yang dimiliki oleh kota Semarang. (Shokeh,
2014: 35-50)
Semarang pada abad 19 akhir telah menjadi kota
metropolitan yang berkmembang dibandingkan dengan daerah daerah lain, karean
denagnsisitem arsitektur yang bagus dan rapi menjadikan kota ini terbangun
dengan seni yang indah.
D. Proses
pembuatan Jalur Kereta Api
Sehubungan dengan telah dirasakannya kesulitan
prasarana dan sarana transportasi, maka muncullah usul yang diajukan oleh
Kolonel Jhr. Van Der Wijk, seorang militer pada tanggal 15 Agustus 1840. Ia
mengusulkan jika pulau jawa dibangun alat transportasi barau, yaitu kereta api.
Terhadap usul Van Der Wijk tersebut ada yang mendukung dan ada yang menentang.
Pihak yang menentang adalah kalangan pemerintah , mereka berpendapat bahwa
pembangunan jalan rel akan membuka kesempatan bagi masuknya modal asing. Sedang
negeri Belanda Sendiri akan dibebani hutang bekas baya pembangunan jalan rel
dan terancam kehilangan daerah jajahan mereka yang sangat menguntungkan. Mereka
lebih menyukai perbaikan cara – cara pengangkutan dengan memperbanyak jumlah
hewan untuk menarik kereta beroda dua. Sementara usulan dari Van Der Wijk
mendapat dukungan dari J. Torm dan mengusulkan dibangun jalan kereta api
menghubungkan Surabaya-Cilacap. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997: 48-49)
Usulan van der wijk dianggap baik ,sehingga pemerintah
Kerajaan Belanda mengeluarkan surat keputusan (Koninklijk Besluit) nomor 270
tertanggal 28 Mei 1842, yang menetapkan bahwa pemerintah akan membangun jalan
rel dari Semarang ke Kedu dan Yogyakarta/Surakarta. Keputusan itu didasarkan
atas pertimbangan untuk meningkatkan sarana transportasi tradisional berupa
kereta yang di tarik sapi dan kerbau serta meningkatkan daya ekspor. (Tim
Telaga Bakti Nusantara. 1997: 48-49)
Terjadi berbagai perbedaan pendapat antara beberapa
pengusaha swasta serta pemerintah yang mendukung serta menolak pembangunan
kereta api. Dari pihak Kerajaan Belanda Sendiri masih ragu dalam
pengoperasiaanya karena belum adanya peta yang jelas untuk jalur yang di
bangun, Sulitnya lapangan, kurang pahamnya transportasi serta adanya ketakutan
akan kerugian dari pembanginan kereta api yang ada di Semarang.
Sebenarnya memang telah ada beberapa permohonan
konsesi yang diajukan oleh pihak swasta kepada pihak Hindia Belanda untuk
membangun dan mengelola Jalan kereta api, terutama di daerah – daerah pekebnan
yang pentting. Permohnan konsesi antara lain dilakukan oleh perusahaan kereta
api Hindia Belanda atau Nederlandsch –Indische Spoorwegn Maatschappij atau
NISM. Oleh karena pemerintah sendiri pada saat itubelum mempunyai perusahaan
kereta api maka permohonan dari NISM belum dikabulkan.(Susilowati. 1984: 29-30)
Timbulnya permintaan konsesi dari pengusaha swasta
yang disertai jaminan bbunga 5% dari modal yang dipinjam, telah menimbulkan
berbagai macam pendapat dikalangan pejabat pemerintah Hindia Belanda.Gubernur
Jenderal Mr. L.A.J.W. Baroen Slot van den Beele(1861-1868)akhirnya bersedia
mengabulkan permintaan konsesi tersebut dengan permintaan syarat-syarat
tertentu. Persyaratan dimaksud antara lain supaya pembuatan jalan rel
itudisesuaikan dengan arahan menteri Urusan Jajahan Hindiia Belanda Fransen van
De Puttemenginginkan agar jalur jaln rel Semarang-Solo Yogyakarta diperluas
dengan lintas cabang dari Kedungjatimenuju Ambarawa. Soalnya di Ambarawa ada
benteng Willem 1 yang pentingdari segi kemiliteran. Dalam hal ini jaminan bunga
modal sebesar 4,5% akan diberikan oleh pemerintah , kecuali untuk lintas cabang
Ambarawa. Persyaratan lainnya adalah lebar sepur harus sesuai dengan norma standar
Eropa, yakni 1453mm. Akhirnya dengan adanya kebutuhan yang saling mengkait ,
maka pada tahun 1862 untuk pertama kalinya pemerintah memberikan konsesi kepada
beberapa orang pengusaha swasta yang kemudian mendirikan perusahaan kereta api
Nederlanssch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang dipimpin oleh irr. J.P.de Bordes . (Tim Telaga Bakti
Nusantara. 1997: 52-53)
Dalam rangka pelaksanaan konsesi tersebut di atas,
setelah diadakan persiapan – persiapan , maka pada hari jumat 7 Juni 1864 di
Desa Kemijen (Semarang) dilaksanakan upacara sebagai tanda pekerjaan
pemasanagan jalan kereta di mulai. Sebagai puncak upacara di tandai dengan
pencangkulan tanah pertama yang dilakukan oleh Mr. J.A.J. Baron Sloet van den
Beele . (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997: 50)
Jalan – Jalan kereta api pertama di bangun antara Semarang
dan daerah kesultan (Vorstenlanden) serta
anatara Batavia- Bogor. Pembangunan kedua jalan kereta api yang pertama ini
dimaksudkan untuk membuka daerah – daerah jawa dan menghubungi daerah
perkebunan besar yang kebanyakan terletak di daerah pedalaman dengan kota –
kota pelabuhan yang terdekat , yaitu Batavia di jawa Brat dan Semarang di Jawa
Tengah. (Poesponegoro. 2008:384)
Sementara itu pada tahun 1861 ada suatu permohonan
dari perseroan Polman untuk memasang rel dari Semarang-
petjerongan-Gubug-Purwodadi-Surakarta ke Jogja. Ternyata tidak disetujuai dan
harus diubah dari
Semarang-Ungaran-merahmati—Ambarawa-Salatiga-boyolaliTulung-Solo dengan
cabang-cabangnya. Merahmati-Magelang-Mendut-Tulung-klaten-Djokja.
(Simeoun.1953: 36)
Ketika pada tanggal 10 agustus 1867 lintas
Semarang (kemijen) ke Tanggung sepanjang 25 km dibuka dan kereta api mulai
dioperasikan untuk umum , ternyata masalah yang dihadapi NISM cukup besar.
Perusahaan ini dihadapkan pada kesulitan finansial yang parah, karean sudah
terlanjur salah merancang sejak awal. Terjadi pembengkakan dana dan berita yang
kurang mendukung dari media akan ketidak cocokan pembangunan kereta api di
Pulau jawa. Lalu akhirnya NISM meminta pinjaman pada pemerintah , yang
diberikan tanpa bunga agar pembangunan kereta dapat tetap berjalan dan
diilanjutkan terus sampai Surakarta. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997:
54)
BAB
III
PERKEMBANGAN JALUR-JALUR KERETA API DI KOTA
SEMARANG
D Jalur
Pertama Kereta Api pada masa Kolonial di Kota Semarang
Tanggal
10 agustus 1867 lintas Semarang (kemijen) ke Tanggung sepanjang 25 km dibuka
dan kereta api mulai dioperasikan untuk umum. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997:
54)
Pada
umumnya jaringan jalan tram Semarang-Juana, lebih – lebih untuk jalur dalam
kota Semarang, dibangun dengan mengikuti jaringan jalan raya yang telah ada
sebelumnya. Meskipun demikian ada beberapa bagian jalur yang dibangunagak jauh
dari jalan raya, terutama jalur-jalur yang menghubungkan daerah perkebunan atau
pabrik – pabrik gula bagian kota. Dalam membangun jalur-jalur tram tidak
mengalami kesulitan untuk mendapatkan tanah kareanamengikuti jalur jalan raya
milik Gopernemen. Kesulitan terjadi pada pembangunan stasiun yang tanahnya
sudah dibeli terlebih dahulu olehorang Cina atau Arab. (Susilowati.
1984: 32-33)
Jalur tram
yang dibangun oleh SJS antara lain daerah Jomblang, Bulu (pada tahun 1899
diperpanjang sampai Banjirkanal), stasiun NIS (stasiun tawang yang sekarang)
dan Kleine Boom. Panjang seluruh jalur dalam kota itu berjumlah 11,8 kilometer
dan mulai dibuka untuk angkutan umum pada tahun 1883. Jalur Semarang – Juana
mulai dibangun dengan memasang trayek sepanjang 5,6 kilometer anatara Semarang
dan genuk, yang dibuka untuk angkutan umum pada tanggal 2 Juli 1883. Jalur
Semarang-Juana diakhiri dengan trayek Pati-Juana sepanjang14,7 kilometer yang
mulai dibuka untuk umum padda tanggal 14 April 1884 (Susilowati. 1984: 35-37)
Setelah
jalur utama tram dibangun, direksi SDS memandang perlu untuk memperluas
jaringan tramnya denganmembangun jalur cabang. Jalur yang menjadi incaran
adalah jalur Kudus-Mayong sepanjang 11,6 kilometer. Karena disitu terdapat
pabrik gula. Kemudian SJS mengajukan konsesi jalur cabang Demak-Wirosari
melalui Purwodadi, sepanjang 60,1 kilometer, yang pembangunannya selesai pada
tahun 1889.Selanjutnya SJS mengajukan permohonan konsesi untuk jalur cabang
Wirosari – Blora yang telah direncanakan sejak tahu 1889. Rupanya pemerintah
Belanda masih mengharapkan suatu ketika SJS bersedia memperpanjang jalur sampai
ke Surabaya, sehingga nantinya dapat dihubungkan dengan jalan kereta api yang
dibangun oleh SS dari Surabaya ke Malang lewat Pasuruhan. Selain itu SJS juga
harus mengutamakan jalur yang menghubungkan Semarang dengan Surabaya
tersebutdaripada jalur lainnya. Apabila SJS tidak bersedia memenuhi permintaan
pemerintah itu maka permintaan konsesi tidak akan diberikan. Permintaan
pemerintah itu dirasakan terlalu berat oleh SJS sehingga membatalkan niatnya
mmembangun jalur Blora-Wirosari. Namun pemerintah akhirnya lunak hingga
mengizinkannya dan selesai pemasangnnya pada tahun 1894. Kemudian jalur
Mayong-Pecangan dan Wirosari-Kradenan yang selesai pada tahun 1895 dan 1898.
Tahun 1896 Juana di berikan konsesi untuk membangun jalur cabang
Juana-tayu-Pakis dengan trayek Juana_Trangkil, Trangkil-Bulumanis,
Bulumanis-Tayu dan Tayu-Pakis.Trayek ini tidak jadi dipasang karena pemilik
pabrik gula “Pakis” menolah untuk dipasang tram. Jalur cabang Juana-Tayu
selesai tahun 1900. Selesai pula tahun itu jalur cabang Juana-Lasem dan Mayong
Welahan. Dan jalur terakhir yang dibangun SJS adalah Rembang-Cepu yang selesai
tahun 1902. Ada sebuah jalur yang semula milik perusahaan lain yaitu jalur
Purwodadi-Gundih sepanjang 17,1 kilometer, yang pada tahun 1884 Gundih itu akan
dihubungkan dengan jalur Semarang-Surakarta dan Yogyakarta milik NISM (Susilowati.
1984: 47-50).
Yang tidak
kalah penting juga adalah pembangunan jalan trem dengan lebar sepur 1.067mm
dari Gundiih pada lintas Semarang ke Yogyakarta,melalui lembah Bengawan Solo ke
Surabaya. Selanjutnya secara berkesinambungan NISM menambah prasarananya dengan
membangun lintasan Mayong-Trankil (tahun 1894), Wirosari Kradenan (1894-1895),
Juwana Trankil dan Rembang Cepu (1896) serta Mayong – welahan (1896). Sementara
itu SCS memperluas jaringannya dengan membuka jalan rel yang menghubungkan
pelabuhan – pelabuhan yang mempunyai gudang-gudang tempat penimbunan barang,
seperti lintas Weleri ke Besokor pada
tahun 1899. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997: 72)
Sejak tahun
1912 terjadi penggabungan jalan rel Jakarta – Surabaya yang melewati jalur
utara yaitu Cirebon dan Semarang. Hal ini menyebabkan penggabungan antara SCS
Semarang-Poncol (Semarang Barat) dengan NISM (Semarang-kemijen) yang berjarak
2,5km. yang sudah tersambung lebih dahulu pada tanggal 1 Mei 1897 adalah SCS
Semarang Pocol dengan jalur rel milik SJS. Serta belum tersambungnya jalurSemarang
dan Gundih milik NISM yang memiliki lebar sepur 1435mmsehingga angkutan sebelah
barat ke sebelah timur atau sebaliknya harus ganti kereta api. (Tim Telaga
Bakti Nusantara. 1997: 78)
Maslah
perbedaan ukuran rel di Semarang baru dapat diatasi pada tahun 1941, karena
desakan bayangan Perang Dunia 2.
E Jalur
Kereta Api setelah kedatangan Jepang di Kota Semarang
Dengan menyerahnya
pemerintah Hindia Belanda kepada jepang, secara otomatis membawa pengaruh pula
terhadap semua program kerja yang telah disusun pimpinan SS. Karena tidak
berapa lama setelah jepang berkuasa diIndonesia Keluarlah struktur baru tentang
pemerintahan pendudukan, yang penjabarannya didsarkan atas dua dokumen pokok
tentang asas-asas mengenai pemerintahan di wilayah yang di duduki. Untuk
wilayah Jawa dan Sumatra masuk wewenang wilayah angkatan darat, yang masing
masing dilaksanakan oleh tentara ke duapuluh lima. (Tim Telaga
Bakti Nusantara. 1997: 142)
Dengan
kebijakan baru yang dibuat oleh Jepang seta adanya penyeragaman hingga
dibongkarnya beberapa jaliur yang ada di kota Semarang. Jalur tersebut adalah :
a) Bekas
NISM
Jalur
Brumbung – Semarang Twang, 15 km dibongkar tahun 1942
Purwosari-
Boyolali, 27 km, dibongkar tahun 1943
Solo –
Semarang, 109 km, dibongkar tahun 1942.
b) Bekas
SJS
Jalur
Mayon – Welahan, 6 km , dibongkar yahun 1942
c) Bekas
SCS
Mundu –
S. Laut – Lokasari, 40 km, dibongkar tahun 1942
Losari –
Mundu -, 28 km , dibongkar tahun 1943
SJS –
SCS pelabuhan Semarang, 1 km dibongkar tahun 1943.
Menjelang
kekalahan Jepang, pada tanggal 7 September 1944 jepang memberikan janji
kemerdekaan. Pegawai kereta api di Indonesia sudah mencapai 80.000 dan
mayoritas menduduki pegawai rendah. Sedangkan jabatan yang tinggi diisi oleh
orang Jepang. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997: 149-150)
Setelah tahun1942 terdapat rencana
pembaharuan traksi dan material untuk jalur Surabaya-semarang-Cirebon untuk
jalur utara serta jalur selatan.(Simeoun. 1953:107.
F
Jalur Kereta Api setelah Kemerdekaan di Kota
Semarang
Dalam
periode 1945 samapai 1965, perkeretaapian menghiasi sejarah perkjuangan
Indonsia dalam mempertahan kan , menegakkan, serta mngisi kemedekaannya. Pada
masa revolusi kemerdekaan kereta api turut berperan serta sebagai alat
perjuangan. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997: 1)
Pada saat
peristiwa proklamasi kemerdekaaan sudah menyebar di Jakarta. Kereta api dan
stasiun dijadikan seagai sasaran penempelan selebaran pernyataan kemerdekaan
darisatu tempat ketempat lainnya.. Dua hari setelah proklamasi kemerdekaan,
sejumlah pegaawai kereta api di Jawa Tengah mengedakan rapat. Rapat ini di
prakarsai oleh Sukamsi dan Munadi untuk merebut merebut kembali pengambilalihan
kekuasaan dari tangan Jepang. Rapat menghasilkan panitian yang disebut Pucuk Pimpinan Dka Jawa Tengah dengan Ketua
Mr Sukardan. Selanjutnya membentuk pimpinan daarurat Djawatan Kereta Api Jawa
Tengah. Delegasi inilah ang mengadakan perundingan lewat Jepang. Melalui
perundingan yang cukup a lot, akhirnya pimpinan Jepang bersedia menyerahkan
kekuasaan atas kereta api. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997: 47)
Sebagian rel
yang tellah di bongkar oleh Jepang sudah dikirim ke luar negeri. Sebaian masih
tertahan di pelabuhan Tanjung Priok dan sebagian kecil masih tertimbun di
pedalaman. Namun pelabuhan telah diduduki NiCA sehingga sulit untuk mengambil
alaih. Terdapat beberapa lintasan yang direncanakan akan di bangun kembali
adalah :
1. Purwidadi-
Ngemplak, sepanjang 10 km
2. Gembongan-
boyolali, sepanjang 18 kilometer
3. Kudus –
Pancangan , sepanjang 24 kilometer.
Setelah masa kemerdekaan, Belanda kembali
datang lagi. Di Semarang, pada tanggal 14 Oktober 1945, tanpa diketahui
sebabnya dengan jelas, terjadi pemberontakan antara rakyat Indonesia dengan
Jepang. Pertempuran berlangsung siang malam dari tanggal 14 hingga 18 Oktober
1945. Pada tanggal 20 Oktober 1945 tentara sekutu mendarat dan melucuti serta
menawan tentara Jepang. Pendaratan ini seperti terjadi pendaratan di tempat –
tempat lain , di boncengi anggota – anggota NICA dan serdadu – serdadu Belanda,
kedatangan orang NICA beserta serdadu membuat suasana semakn tegang.
Bentrokan serdadu NICA dengan pemuda pejuang Republik Indonesia tak terelakkan.
Mereka semkin terancam bahaya, pimpinan eksploitasi tengah memutuskan untuk
memindahkan kantor DKARI keluar kota. Pada tanggal 17 November 1945 kantor
Eksploitasi telah dipindahkan ke Kedungjati, sebuah kota kecil dikelilingi
hutan jati. Yang terletak di lintasan Semarang-Tawang- Sala Balapan.Kantor
inspeksi 5 dipindahkan ke Gundih di sebelah timur kedungjati, juga lintasan
Semarang-SalaBalapan, sedang di Tegal dibentuk kantor inspeksi 5 darurat.
Kantor Inspeksi 7 dipindahkan ke Purwodadi, dan kemudian pada waktu Purwodadi
terancam musuh, kantor ini dipindah ke Wirosari.
Pada tanggal 18 November 1945
Kereta Api sibuk menangangkut pasukan bantuan pejuang dari Demak, Kudus, Pati,
Sala, Yogya Purwiokerto dan tempat lain serta Ghurka dari Surabaya, sampai
pertempuran dengan NICA pecah. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997: 78-79)
Setelah
kantor Eksploitasi tengah dipindahkan ke Kedungjati, jalan rel antara Brambang
dan Gubug di Lintas Semarang Tawang-Surabaya Pasarturi dibingkar untuk
menghambat gerakan tentara sekutu NICA.
Demikian juga jalan rel didekat stasiun pemberhentian JAmus dibongkar, kereta
api dari Kedungjati ke Jurusan Semarang ditutup untuk umum. Lintas jalur
Gundih-Purwodadi yang pada zaman pendudukan Jepang dibongkar, dipasang kembali
karena sangat diperlukan untuk gerakan pasukan rakyat.
Kegiatan
iperasi DKARI di Kedungjati dan Gundih tidak dapat dijalankan secara efdektif,
karena kedua kota kecil ini tidak mempunyai fasilitas yang memadai. (Tim Telaga
Bakti Nusantara. 1997: 80) Untuk memperbaiki perkeretaapian kedepan. Pada
tanggal 16 Maret 1954, stasiun dibagi kedalam beberapa tingkatan. Untuk stasiun
Semarang Gudang, Semarang Tawang masuk dalam kategori stasiun Besar.
Perana
kereta api semakin terus ditingkatkan setelah paasca kemerdekaan. Untuk
mengenali perbedaan kereta barang yang mengangkut, disebutkan cirinya, yaitu:
Pada SCS/SJS digunakan rel no 2 (25,7) dan no 3 (33,4) yang disebut dengan rel
A dan rel C. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997: 242)
Selain
perkembangan kereta api, juga dibentuk sarekat buruh kereta api yang ada di
Semarang. dan mengadakan pertemuan rutin untuk membahas perkembangan kereta api
serta memperkuat ubungan antara pegawai (Kompas. 1950: 13 April)
Pada tanggal
20 April terdapat permogokan kereta api yang berangkat dari Jogjakarta ke
Semarang mogok di Magelang. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan teknis dan
kurangnya pengecekan. ( Kompas. 1950: 22 April)
BAB IV
PERAN JALUR
KERETA API DI KOTA SEMARANG
Mula-mula
hasil perkebunan tersebut dipikul oleh para kuli perkebunan ke jalan raya,
kemudian baru diangkut dengan gerobak ke kota. Apabila di daerah pedlaman
tersebut terdapat aliran sunagai yang menuju kekota dan dapat dilayari maka
barang- barang ayang akan di abwa ke kota biasanya diangkut dengan perahu-peahu
besar melalui sungai tersebut. Perjalananitu dpat menghabiskan waktu
berhari-hari lamanya, apalagi pada musim hujan, dimana seluruh jaringan jalan
akan menjadi becek atau tergenang airHal itu meneyababkan kualitasnya
berkiurang. (Susilowati. 1984: 51)
Dengan
dipasangnya jalur kereta api dan trem , dirasakan adanya berbagai pengaruh
tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Adanya jalan –jalan kereta api, terutama
yang di bangun di daerah-daerah yang letaknya jauh darijaringan jalan raya,
mengakibatkan berbagaimacam perubahan yang nyata. Daerah yang terletak di
sepanjang jalur jalan kereta api tersebut kemudian menjadi lebih ramai dan
bahkan mulai tumbuh menjadi kota – kota keccil. PAsar – pasar mulai bermunculan
dan segera menjadi pusat aktivitas perdagangan dan komunikasi bagi desa- desa
di sekitarnya. Jaringan jalan kereta api ternyata dapatt menjadi perangsang
bagi para pedagang di daerah pedalaman untuk meningkatkan kegiatan dan
menghubungkan ekonomi pedesaan dengan daerah pemasaran yang lebih luas lagi
seperangkatan tram dan kereta apai telah ditentukan.rti semarang an kota-kota
kecil lainnya. Pengangkutan yang relative aman dan cepat adalah denga kereta
api atau tram, selain itu ongkos pengangkutannya juga tidak begitu mahal.
Selain itu masyarakat desa yang semula tidak begitu memperrhatikan waktu,
kemudian menjadi masyarakat yang mengenal waktu, karena jam keberangkatan
(Susilowati. 1984: 55-58).
Pembangunan perkeretazpian
oleh pemerintah colonial Hindia Belanda, selain untuk memenuhi kebutuhan kaum
colonial, juga dimaksudakan untuk memajukan pertumbuhan perekonomian penduduk
di negara jajahan mereka. Dalam hal ini orang Indonesia. Sebelum tahun 1900
biaya angkutan di rasakan oleh penduduk pribumi sangat mahal. Namun setelah
tahun 1900, semenjak dioperasikannya kereta api , alat angkut ini menjadi
pilihan utama penduduk. Hal ini memungkinkan karena pendapatan penduduk lebih
baik. (Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997: 84)
Namun dengan
adanya kereta api ini menyebabkan beberapa alat transportasi lain yang tergeser
seperti kereta kuda serta gerobak.
Karena kereta memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan kuda dan
gerobak yang terbatas kuantitasnya dan memakan waktu lama.
Pembangunan
transportasi sebagai pelengkap dari pembangunan beberapa sarana komunikasi. Hal
ini telihat pada tahun 1856, ketika sarana telegram diperkenalkan di Semarang,
dengan dikirimnya berita telegram dari Semarang ke Batavia, serta di perkenalkan
surat menyurat sekitar tahun 1862 menambah fungsi sarana komunikasi dalam
pemerintahan. (Shokeh, 2014: 59)
Perlu
juga diketahui bahwa jalan rel tidak hanya digunakan untuk keperluan ekspor,
namun berperan juga dalam menunjang kelancaran perekonomian dalam negeri .
Angkutan barang yang banyak diangkut kereta api antara lain barang bangunan,
kayu olahan, kayu bakar, dan bahan makanan seperti tepung, jagung dan beras. (Tim Telaga
Bakti Nusantara. 1997: 121) Jaringanjalan tram dan kereta api dimaksudkan untuk
menggiatkan pabrik-pabrik gula, perkebunan karet perkebunan kopi dan lainnya.
(Susilowati. 1984:64).
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keret
api merupakan alat atau sarana transportasi yang diciptakan dan digunakan oleh
manusia sebagai media perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, baik orang
atau pun barang. Pecahnya perang Dunia II mengakibatkan kalahnya Hindia Belanda
dan penyerahan Indonesia kepada Jepang. Pada masa pemerintahan jepang terjadi
pembongkaran rel di berbagai rempat dan penggunaan kayu sebagai bahan bakar
untuk menggerakkan kereta api.
Kehidupan dan perjalanan
perkeretapian dalam periode 1942-1945 lekat denagn perjuangan bangsa Indonesia
dan sejarah bangsa Indonesia. Setelah kemerdekaan kereta api juag membantu
dalam upaya mempertahan kan kemerdekaan sebga sarana pengangkut para pahlawan
yang berperang serta harus membongkar pasang jalur untuk membendung kekuatan
dari luar.
2. Saran
Dalam penyusunan laporan
penelitian ini masih kurang dari kata sempurna. Sehingga diharapkan pembaca
akan lebih tertantang untuk mencari data – data yang lebih kuat dan akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Kereta Api Indonesia, PT. 2010. Stasiun Kereta Api di Indonesia.
Jakarta : Pt Kereta Api Indonesia (Persero)
Muspriyantoro, Eddy dkk. 2006. Meretas
Masa Semarang Tempo Dulu. Bandung : Terang Publishing.
Poesponegoro , Mawarti djoened dan Nugroho Santoso. 1993. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta :
Balai Pustaka.
Santoso, F Harianto. 2001. Profil Daerah Kabupaten dan Kota. Jakarta : Kompas Media Nusantara.
Shokeh, Muhammad. 2014. Gerakan
Keagamaan dan Perubahan Sosial dakwah Islam dan Misi Katolik di Semarang
1890-1940. Semarang : Kireinara.
Simeon, Oerip. 1953. Sejarah
Kereta Api Negara (S.S/D.K.A) di Indonesia. Bandung : Pengurus Besar
Persatuan Buruh kereta Api.
Susilowati, Endang. 1984. Peranan
tram Semarang – Juana sebagai Sarana Pengangkutan Tahun 1885-1900. Tesis.
Fakultas Sastra. UGM.
Tim, Telaga Bakti Nusantara. 1997. Sejarah Perkeretapian Indonesia Jilid I. Bandung : CV. Angkasa.
Tim, Telaga Bakti Nusantara. 1997. Sejarah Perkeretapian Indonesia Jilid II. Bandung : CV. Angkasa.
Widja, I Gede. 1988. Sejarah
Likal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta : Depdikbud.
Koran:
Suara Merdeka.1950. Serikat
Buruh K.A. Semarrang. 13 April
Suara Merdeka.1950. Kerusakan
Kereta api. 22 April
Suara Merdeka.1950. Percobaan
Kereta Api Semarang-Solo. 03 Mei
Suara Merdeka.1950. semarang
–solo dibuka untuk umum. 04 Mei
Suara Merdeka.1950. Percobaan
Kereta Api Semarang-Solo. 03 Mei
Suara Merdeka.1950. Kereta
Api Cepat Surabaya-solo-Jogja. 10 Mei
Suara Merdeka.1950.Perhubungan
kereta Api Purwodadi-wonosari. 22 Mei 1050
Suara Merdeka.1950.Djembatan
K.A Rusak Dalam Pertempuran dengan Belanda. 26 Juni 1950
Arsip
:
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar
1
Biodata
Narasumber
![]() |
Nama : Mbah
Suryo
Tempat,
tanggal Lahir : Semarang, 14
September 1935
Alamat :
Kemijen, Semarang
Pekerjaan : Pensiunan
PJKA
Pengalaman Kerja : Bekerja sebagai PPKA yang mengatur berangkat dan masuknya kereta. Pensiun tahun
2002. Masuk dalam dunia perkeretaapian pada tanggal 11 Agustus 1965. Bekerja
selama 36 tahun di Kereta.
Wawancara
tanggal 5 April 2016
Gambar
2
Peta
Semarang tahun 1898
![]() |
Sumber : Arsip Provinsi Jawa
Tengah

![]() |
Keterangan :
Sejarah kereta Api Indonesia yang menggambarkan
prosesi pencangkulan tanah pertama untuk penanaman rel yang ada di Kemijen.
Sumber : Koleksi Museum Lawang Sewu

|
Sumber:
Koleksi Museum Lawang
Sewu
Gambar 5
![]() |
|||
|
|||
Sumber:
Koleksi
Museum Lawang Sewu
Gambar 6
![]() |
|||
|
|||
Sumber:
Koleksi
Museum Lawang Sewu
Gambar 7

|
Sumber
Koleksi
Museum Lawang Sewu
Gambar 8
![]() |
|||
|
|||
Sumber
Koleksi
Museum Lawang Sewu
Gambar 9
![]() |
Keterangan:
Koran Kompas tanggal 13 April tahun1950
Sumber : Arsip kantor Suara Merdeka
Gambar 10
![]() |
|||
|
|||
Gambar 11

Keterangan:
Kereta api ini dibuat oleh SS untuk
memperbaiki jalur yang pernah dirusak oleh Jepang.
Sumber : Arsip kantor Suara Merdeka
Gambar 12
![]() |
Keterangan :
Jalur Semarang Solo dibuka untuk umum.
Sumber : Arsip kantor Suara Merdeka

Keterangan :
Telah dibuka kereta api cepat dari
Surabaya-Solo dan Semarang
Sumber : Arsip kantor Suara Merdeka
Gambar 14

MAGELANG,
29 Agustus 1931.
Keterangan :
Prmbukaan kembali jalur purwodadi wirosari yang sebrlumnya di
tutup karena ada serangan dari Belanda.
Sumber : Arsip kantor Suara Merdeka
Gambar 15
![]() |
Kaeterangan :
Adanya kerusakan yang parah di 250 jembatan.
Sumber : Arsip kantor Suara Merdeka
Laporan Pembangunan 1931
Departemen Luar Negeri dan Jembatan
Kereta Api dan Trem.
Dengan ini saya mendapat kehormatan untuk menginformasikan
UHoogEdelGestrenge, perhatian saya tertarik pada alasan yang disebutkan dalam
catatan ini, untuk pemeliharaan jembatan laporan sangat penting. Saya
memberikan karena itu Anda mempertimbangkan untuk kantor Anda dan Kantor
Kecamatan dengan menekan mereka untuk menerapkan kepada Kepala Dinas Bangunan
dan Jembatan, Kereta Api dan Trem di Bandung.
Menurut saya, hal yang disampaikan tersebut sangat bersedia untuk
memberikan dorongan semacam itu.
Kepala Distrik 3c
Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Jawa Tengah ke
Magelang
Untuk
Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Provinsial
SEMARANG.
PROVINSI
JAWA TENGAH
Semarang, 18 September 1933
Nomor Fb 42/19/19
LAMPIRAN:
PERIHAL:
LAMPIRAN:
PERIHAL:
Cat
bangunan provinsi dll
Atas nama
Dewan Deputi, saya mendapat kehormatan untuk menarik perhatian
UHoogSdelGestrenge belum lama di Departemen Kereta Api Negara mengeluarkan
"Laporan Cat" yang mengakses memiliki Layanan yang pasti akan
menarik.
Atas nama Dewan Deputi,
Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Untuk ini:
Sekretaris,
Untuk
Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi
SEMARANG
Salinan.
Semarang,
29 April 1932
RESIDENT
dari
SEMARANG
Nomor
8532/66
Lampiran:
10 w. o. 6 gambar. (Melalui
intervensi dari Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsial Jawa Tengah Semarang)
Perihal:
Permintaan NV Semarang Joana Stoomtram Maatschappij untuk persetujuan gambar
berlabel F 391. Dengan mengacu pada surat Anda tertanggal 21 Maret 1932 No.
6556/66.S dan di bawah lampiran penawaran ulang di dalamnya, bersama dengan
salinan surat pasar bersangkutan dari:
1. wd. Direktur Haven ke Semarang tanggal 1 April 1932 No. 1676/24,
2. Kepala Departemen Irigasi Provinsi Serang ke Semarang pada 12 April 1932 No.
3450/Q.
3. Dewan Walikota dan Aldermen Kota Semarang Kota 18 April 1932 No.109/ W; dengan isi dokumen untuk mempersingkat referensi dapat dibuat, saya mendapat kehormatan UHoogEdelGestrenge menanamkan sopan dez itu. terhadap penerimaan permintaan subjek eksis sebagai bahkan ada semacam keberatan. Atas nama Residen Semarang, Sekretaris, (W. G.) Sertifikasi salinan benar, Untuk Gubernur Jawa Tengah di SEMARANG
1. wd. Direktur Haven ke Semarang tanggal 1 April 1932 No. 1676/24,
2. Kepala Departemen Irigasi Provinsi Serang ke Semarang pada 12 April 1932 No.
3450/Q.
3. Dewan Walikota dan Aldermen Kota Semarang Kota 18 April 1932 No.109/ W; dengan isi dokumen untuk mempersingkat referensi dapat dibuat, saya mendapat kehormatan UHoogEdelGestrenge menanamkan sopan dez itu. terhadap penerimaan permintaan subjek eksis sebagai bahkan ada semacam keberatan. Atas nama Residen Semarang, Sekretaris, (W. G.) Sertifikasi salinan benar, Untuk Gubernur Jawa Tengah di SEMARANG
DINAS
PEKERJAAN UMUM
PROVINSI JAWA TENGAH
PROVINSI JAWA TENGAH
SEMARANG,
18 Juli 1933
verz. ddo.
21/07:33
Nomor 2840
Lampiran:
10 w. o. 4 gambar
BAGIAN: N.I.S.
PERIHAL: Permintaan dari Komite Gubernur N.V. N.I.S.My Revisi persetujuan gambar W. 6329 S/V, W. 6330 S/V, W. 6331 S/V dan W 6332 S/V
PERIHAL: Permintaan dari Komite Gubernur N.V. N.I.S.My Revisi persetujuan gambar W. 6329 S/V, W. 6330 S/V, W. 6331 S/V dan W 6332 S/V
Di bawah
kembalinya lampiran yang diterima dalam surat dari 15 mengirimkan nomor ini 5617/B,
saya memiliki UHoogEdelGestrenge kehormatan untuk menyampaikan bahwa tidak ada
kepentingan dZZ. Layanan di materi dalam permohonan persetujuan revisi gambar
melibatkan data.-
Kepala District Pertama Dinas Pekerjaan
Umum
Provinsi Jawa Tengah
Untuk
Kepala ma Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Jawa Tengah
di SEMARANG
Salinan. SEMARANG Nomor. 9779/66. SEMARANG, 4 Juli 1935. Lampiran: 25 W.
O. 20 gambar. Perihal: Permintaan Komite v/h Direksi N.V. N.I.S.My persetujuan
revisi gambar. D/t/k v/h Kepala v/d Dinas Pekerjaan Umum Provinsial Jawa Tengah
Di SEMARANG Menyusul surat 14 Maret j.l. No.3978 dan di bawah penawaran ulang
bylagen dari surat dari 1 N ber 1932 nomor 26674. / 66-S bersama dengan salinan
surat pasar bersangkutan dari:
1. Bertindak Direktur Pelabuhan Semarang pada tanggal 12 November 193 ...
nomor 5786/24.;
2. Kepala Daerah Irigasi Departemen "Serang" ke Semarang dari 18 November DAV
Nomor 10461/Q;
3. Dewan Walikota dan Aldermen Kota Semarang Kota 24 ap November Tidak.
56/W;
4. Asisten Residen Semarang pada 29 Juni 1953 nomor A/2829/66, dengan isi yang dapat disebut memperpendek sederhana, saya mendapat kehormatan UHoogEdelGestrenge sopan untuk menyampaikan dZZ itu. juga ada semacam keberatan pemberian verzoek ini.- Residen Semarang, Atas nama: Sekretaris, salinan benar tersertifikasi, Klerk 2, Untuk Gubernur Jawa Tengah SEMARANG
1. Bertindak Direktur Pelabuhan Semarang pada tanggal 12 November 193 ...
nomor 5786/24.;
2. Kepala Daerah Irigasi Departemen "Serang" ke Semarang dari 18 November DAV
Nomor 10461/Q;
3. Dewan Walikota dan Aldermen Kota Semarang Kota 24 ap November Tidak.
56/W;
4. Asisten Residen Semarang pada 29 Juni 1953 nomor A/2829/66, dengan isi yang dapat disebut memperpendek sederhana, saya mendapat kehormatan UHoogEdelGestrenge sopan untuk menyampaikan dZZ itu. juga ada semacam keberatan pemberian verzoek ini.- Residen Semarang, Atas nama: Sekretaris, salinan benar tersertifikasi, Klerk 2, Untuk Gubernur Jawa Tengah SEMARANG
KABAR BAIK
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Zara, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 400 juta rupiah (Rp400.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Zaradam@yahoo.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut