SEDEKAH LAUT TRADISI TAHUNAN KABUPATEN CILACAP



1.      Kegiatan Sedekah Laut
Berbagai macam acara dapat dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan karunia yang diperoleh pada masa kehidupannya . Upacara sedekah laut adalah salah satu perwujudan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh Kelompok Nelayan Sidakaya, Donan , Sentolokawat, Tegalkatilayu, Lengkong, Pandanarang, PPSC dan Kemiren
Sedekah laut sudah ada sejak zaman dahulu. Sedekah laut hampir sama dengan tradisi selamatan laut yang ada di daerah pesisir pantai daerah lainnya. Sedekah laut diadakan setahun sekali di pesisir pantai selatan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Tahun 80an menurut hasil wawancara dengan sesepuh,  yang awalnya sedekah laut dilaksanakan oleh seluruh nelayan sekitar pesisir kabupaten Cilacap kemudian diangkat oleh Pemda dengan bentuk yang lebih sederhana. Perkembangan pertama sedekah laut dibawa kesatu lokai tertentu seperti jembatan Sentulo Kawan kemudian naik prahu dan di larung. Menurut informan, hal ini lebih bagus, lebih menarik, lebih indah tetapi tidak efektif.
Kemudian meningkat lagi dengan dikumpulkan di Pendopo Kabupaten, setelah dari pendopo diarak ke laut dan kemudian di larung. Konteks ini memunculkan satu naskah Sedekah Laut yang berisi “Perintah kepada Arsa Menawi sebagai kepala nelayan di Pandanaran kabupaten Cilacap yang diutus oleh bupati kedua Cilacap untuk melarung Jolen. Hal ini bertujuan menjadikan sedekah laut bisa terangkat dan menjaadi sesuatu yang baru, yang tidak serta merta hanya iring - iringan yang kemudian di buang tanpa adanya dasar atau sumber yang jelas.
Naskah “Arsa Menawi” tersebut seolah – olah ada dan terjadi. Arsa Menawi ini merupakan kecerdasan ahli naska untuk mebuat mitos yang seolah – olah ada dan benar terjadi, karena jika dilihat dari artinya Arsa  berarti kehendak dan menawi  berarti jika. Jika digabungkan menjadi jika berkehendak atau jika ada.  Menurut versi nelayan, sedekah laut merupakan suatu upacara ritual, dimana mereka akan membuat sesaji. Para nelayan akan membuat dua sesaji. Sesaji yang pertama diikumpulkan dan dilarungkan bersama pemerintah, dan sesaji yang kedua itu murni untuk kegiatan ritual.
Awal dibuat naskah berjalan sampai sekarang yang berbentuk pertunjukkan. Pertunjukkan tersebut seperti kethoprak yang memainkan peran dari naskah mulai dari bupati sampai seluruh jajaran kabupaten.
Setelah sekian lama mendapat kritik yang menjadi evaluasi untuk melakukan perubahan. Peranan yang dulunya disesuaikan dengan naskah kini diubah. Naskah masih tetap ada untuk menjadi sejarah, akan tetapi cerita yang ada di dalamnya dirubah sesuai dengan realita saat ini tanpa mengubah esensi yang ada sejak zaman dahulu..
Sedekah Laut merupakan tradisi tahunan yang sudah berlangsung sejak zaman pemerintahan Adipati Cakrawerdaya III pada 1817. Tradisi tersebut sempat terhenti, namun kemudian dihidupkan kembali semasa Bupati Poedjono Pranjoto pada 1982 hingga saat ini.(KR-SMT)

2.      Susunan Acara Sedekah Laut
Sedekah laut diadakan pada bulan syura di hari Kamis wage malam jumat kliwon atau Selasa Kliwon.  Pada pagi harinya sekitar pukul 06.00 WIB nelayan didahului dengan prosesi nyekar atau ziarah ke Pantai Karang Bandung (Pulau Majethi) sebelah timur tenggara Pulau Nusakambangan yang dilakukan oleh ketua adat Nelayan Cilacap dan diikuti berbagai kelompok nelayan serta masyarakat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tangkapan ikan pada musim panen ikan melimpah dan para nelayan diberi keselamatan. Disamping upacara nyekar juga mengambl air suci/ bertuah di sekitar Pulau Majethi yang menurut legenda tempat tumbuhnya bunga Wijayakusuma.

Foto dari : internet

Setelah itu dilanjutkan dengan membuat sesaji untuk dilarungkan pada hari jum’at pagi. Pada malam harinya sesaji ditunggu sampai tidak tidur. Mereka membuat lampu dari kelapa yang sudah di ambil airnya dengan di beri minyak sedikit (damar) untuk dijaga selama semalam agar tidak sampai padam. Tujuannya agar masyarakat sendiri tidak mengantuk saat menjaga sesaji. Sesaji dikumpulkan di balai RT atau di rumah tetua adat atau kepala nelayan.
Jolen yang dibawa nelayan kemudian dilarung. Berasal dari kata Joli yang berarti ojo lali dan Jolen yang berarti ojo kelalen. Yang berisi kepala sapi, kepala kambing dan lain-lain.
 Dalam prosesi pelarungan, dari pihak nelayan itu berbeda – beda sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut. Tetapi jika mengikuti keraton, sesaji dikumpulkan, sekitar jam 07.00 WIB baru dilakukan upacara dan kemudian bersama – sama diarak untuk di larung di pantai.
Upacara di pendopo didahului dengan acara prosesi membawa sesaji (Jolen) untuk dilarung ke tengah laut lepas dari Pantai Teluk Penyu Cilacap dari dalam Pendopo Kabupaten Cilacap menuju arah Pantai Teluk Penyu dengan diiringi arak-arakan Jolen Tunggul dan diikuti Jolen-Jolen pengiring lainnya oleh peserta prosesi yang berpakaian adat tradisional Nelayan Kabupaten Cilacap tempo dulu. Setibanya di Pantai Teluk Penyu sesaji kemudian di pindahkan ke kapal Nelayan yang telah dihias dengan hiasan warna-warni untuk di buang ketengah lautan di kawasan pulau kecil yang di sebut PulauMajethi.
Biasanya diawali dengan prosesi penyerahan sesaji Jolen Tunggul dalam upacara yang berlangsung di Pendapa Kabupaten.  Dengan menggambarkan Cilacap yang masih berbentuk Kadipaten, dalam prosesi tersebut, sang Adipati memerintahkan Tumenggung Dutopangarso, untuk melarungkan sesaji ke Pantai Selatan bersama dengan para tokoh nelayan, setelah sebelumnya ditandai dengan bunyi Genta dari Regol Kadipaten.
Usai seserahan sesaji Jolen Tunggul, sebuah Kereta Kencana yang didatangkan khusus dari Keraton Surakarta disiapkan untuk ditumpangi Bupati dan isterinya. Arak-arakan pelarungan jolen tunggul pun dimulai. Segenap punggawa kadipaten dan para Abdi Dalem ikut mengiringi proses pelarungan.
  Para anggota muspida berikut para pejabat di lingkungan pemkab Cilacap pun mengiringinya dengan menunggangi kereta kuda. Mereka tampak mengenakan busana khas nelayan, hitam-hitam dengan ikat sarung dipinggang dan ikat kepala khas Jawa. Ribuan orang memadati seluruh jalur yang dilalui peserta pawai. Dari Pendapa Kabupaten, Alun-alun menuju Jalan A.Yani, Jalan Sutoyo hingga masuk ke Pantai Teluk Penyu sebagai lokasi pelarungan Jolen Tunggul.
Prosesi membawa sesaji (Jolen). Dari mulai kepala kambing, aneka jenis buah, jajan pasar, hingga bentuk panganan dan lauk pauk, sampai sejumlah peralatan dan aksesoris kaum perempuan seperti kain jarit, selendang dan sanggul. Semua jenis sesaji dikemas dalam jolen tunggul berbentuk rumah joglo kecil yang dihias janur dan aksesoris lainnya.
Jolen tersebut dilarung ke tengah laut lepas dari dalam Pendopo Kabupaten Cilacap menuju arah Pantai Teluk Penyu dengan diiringi arak-arakan Jolen Tunggul dan diikuti Jolen-Jolen pengiring lainnya oleh peserta prosesi yang berpakaian adat tradisional Nelayan Kabupaten Cilacap tempo dulu. Setibanya di Pantai Teluk Penyu sesaji kemudian di pindahkan ke kapal Nelayan yang telah dihias dengan hiasan warna-warni untuk di buang ketengah lautan di kawasan pulau kecil yang di sebut Pulau Majethi..
Hari Jumat Kliwon menurut penanggalan Jawa merupakan puncak ritual Sedekah Laut Kabupaten Cilacap. Puncak acara tersebut bakal diisi dengan acara utama, kirab prosesi larung sesaji (jolen) yang dimulai dari Pendapa Wijaya Kusuma Sakti Kabupaten menuju ke kawasan Pantai Teluk Penyu, sekitar empat kilometer.
3.      Pihak yang Terlibat dalam Sedekah Laut
·         1. Masyarakat nelayan
Meliputi masyarakat daerah pesisir seperti Kelompok Nelayan Sidakaya, Donan , Sentolokawat, Tegalkatilayu, Lengkong, Pandanarang, PPSC dan Kemiren.
·        2.  Pihak pemerintah
Memberi peran yang besar karena tradisi sedekah laut Ini sudah menjadi agenda tahunan yang menagngkat budaya dan pariwisata kabupaten Cilacap.
·        3..  Masyarakat umum
Masyarakat umuj menjadi objek dari pemasaran pariwisata yang ada di kabupaten Cilacap. Dengan semakin menambah pengetahuan masyarakat akan memperkaya wawasan wisata yang ada di Kabupaten Cilacap.

4.      Tujuan Tradisi Sedekah Laut
·         Sebagai rasa syukur kepada penguasa laut kidul, ungkapan rasa syukur atas hasil tangkapan ikan.
·         Prosesi Sedekah Laut juga bertujuan untuk melestarikan kebudayaan. Mereka berharap, budaya Sedekah Laut tidak pupus ditelan zaman, sehingga setiap kali perayaan selalu melibatkan semua generasi agar kelak tertanam jiwa seni budaya untuk melestarikannya

5.      Sumber Dana Sedekah Laut
Sumber dana murni dari nelayan karena sudah merupakan suatu hal yang wajib dengan pemeintah sebagai pihak pembantu dalam pengembangan pariwisata. Pada tahun 2015 pemerintah mengeluarkan dana untuk Pergelaran Budaya Sedekah sekitar 100juta rupiah.

6.      Manfaat yang Didapatkan dari Sedekah Laut
·         Manfaat untuk pariwisata masyarakat
·         Manfaat secara individu dapat hanya dapat dirasakan oleh masing masing individu sebagai salah satu wujud ritual adat.

7.      Perubahan yang terjadi dari dulu sampai sekarang
Awalnya Sedekah laut diadakan oleh seluruh warga masyarakat nelayan yang meliputi seluruh kabupaten Cilacap, akan tetapi sekarang hanya ada 8 kelompok nelayan yaitu Sentolo kawan, Kemiren, Donan, Bakung,Adipala, Nusawungu, Kroya dll.
Sedekah laut yang sekarang telah diubah dalam bentuk kemasan yang lebih praktis. Sebelum adanya naska Arsa Menawi, prosesi sedekah laut dilakukan di sekitar pantai saja. Akan tetapi setelah dituliskannya sejarah Arsa Menawi mengangkat sedekah Laut selain sebagai tradisi juga sebagai ikon Pariwisata yang ada di Kabupaten Cilacap. Denganadanya hal tersebut, sesaji atau jolen yang awalnya di buat hanya satu oleh nelayan dan langsung di larungkan di pantai, semenjak pemerintah memberi peranan, sesaji atau jolen yang dibuat menjadi dua. Satu untuk dilarungkan sendiri oleh nelayan, dan yang satu lagi di larungkan bersama – sama dengan pemerintah Daerah.
Awalnya Bupati hanya memainkan peran tanpa ada penyesuaian dengan saat ini. Bupati memainkan peran sesuai apa yang dikehendaki oleh bupati Kabupaten Cilacap yang kedua. Semakin kesini mengalami inovasi dengan ditambah adanya pergelaran tari, pergelaran budaya, iringan yang menampilkan budaya khas Cilacap, serta permainan peran bupati yang memposiikan dirinya sebagai bupati sekarang, bukan bupati yang kedua dahulu.
Tidak hanya untuk ritual saja tradisi sedekah laut juga menarik wisatawan yang menginginkan untk melihat.


 


 
Informan :
Nama               : Bamabang Listiyono
No Telp           : 085747575797
Jabatan            : Kepala Bagian pengembangan Kebudayaan Dinas Pariwisata  Kabupaten Cilacap

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah kelurahan Sumurboto

PERKEMBANGAN JALUR-JALUR KERETA API DI KOTA SEMARANG SEJAK TAHUN 1867-1955

HUJAN dan SECANGKIR CAPPUCINO