Angkuh



Angkuh dan sombong, belajar munafik di depanmu? Itu sudah biasa
Rasa gengsi itu lebih besar dari rasa cinta yang harusnya subur merekah, entah mengapa aku juga tak tahu. Mengenalmu terlalu rumit untuk dicerna dalam otak ini. Keangkuhan merajai segalanya, ego meninggikan segalanya, aku sedih melihat semuanya, menjadi bisu karena enggan memulai.
Tapi akan cair secair-cairnya saat tak ada batu es yang dingin. Meleleh melebihi dunia , aku melihat dari sisi mana kau begitu indah. Hanya kadang ego tak bersahabat dengan hati. Terlalu temaram untuk melihat, mengenang dan memperjelasnya.
Yang jelas aku paling tak suka saat rindu mulai datang. Datang tak kunjung pergi.
Saat aku berjalan sendiri dan doa tanpa sadar terucap kau akan menemaninya, berjalan di jalan yang mungkin entah kapan berujung. Mencari titik ujung yang hanya milik Tuhan itu kuang ajar sayang.
Maaf untukku yang terlalu sombong dn angkuh malam ini  J


26 oktober 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah kelurahan Sumurboto

PERKEMBANGAN JALUR-JALUR KERETA API DI KOTA SEMARANG SEJAK TAHUN 1867-1955

HUJAN dan SECANGKIR CAPPUCINO