POLITIK LIBERAL YANG MEMPRAKARSAI MASUKNYA MODAL ASING PEMBANGUNAN PERKERETAAPIAN DI INDONESIA



POLITIK LIBERAL YANG MEMPRAKARSAI MASUKNYA MODAL ASING PEMBANGUNAN PERKERETAAPIAN DI INDONESIA
Unik Nurul Asmi
3101414052

Sudah menjadi kebutuhan dasar manusia untuk berpindah tempat, baik berpindah yang bersifat sementara dan berjarak dekat maupun berjarak jauh. Transportasi memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia lebih – lebih untuk sekarang ini. Jika dahulu hanya menggunakan alat yang sangat sederhana, kini mulai terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan manusia. Betapa besar peranan transportasi dan pentinnya dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha – usaha manusia untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan sistem serta kapasitas angkut sepanjang zaman, sejak dahulu hingga sekarang.
Di abad ke-12  Raja Jayabaya dari Kediri meramalkan bahwa Pulau jawa besok akan berkalung besi (Tanah Jawa akan dikelilingi oleh rel kereta api). Hal ini ternyata menjadi kenyataan , di tahun 1864 pemancangan rel kereta api pertama di tanah Jawa di lakukan di stasiun Mijen Semarang oleh Gubernur Jenderal Belanda , Baron Sloet van De Beele.[1]
Dalam abad ke ke – 19 kehidupan sosial olitik Indoneia serta Asia – Tenggara pada umumnya sangat dipengaruhi oleh suasana politik yang terjadi di Eropa. Pada akhir abad ke – 18 tepatnya tahun 1789, terjadi Revolusi Perancis.[2] Dengan keadaan negeri penjajah yang sedang kemelut, hal ini berpengaruh pula terhadap kebijakan Liberal yang ada di Hindia Belanda.
Memasuki abad ke XX terdapat suatu wacana baru dalam kehidupan dunia usaha di wilayah kolonial Hindia Belanda. Kegagalan program politik kelompok liberal yang dilontarkan sejak tahun 1870 bersama dengan pengundangan Agrarische Wet , mengakibatkan adanya perubahan pandangan di kalangan para pejabat kolonial Belanda. Prinsip yang mereka soroti adalah kegagalan program eksploitasi ekonomi liberal bagi kesejaghteraan kolonial dan kenaikan keuntungan bagi negara induk.[3] Pada masa ini dimungkinkan lebih banyak modal asing yang menanmkan sahamnya di Hindia belanda.
Kegagalan swasta dalam menghadapi krisis ekonomi tahun1800-an dan reaksi penduduk pribumi di berbagai tempat, terutama di Jawa dan Madura , terhadap kehadiran mereka memberi alasan bagi pemerintah untuk kembali menggunakan pendekatan politis agar bisa memulihkan posisinya sebagai koordinator dalam struktur perekonomian koloni pada tahun 1900. Isu tentang kemerosotan kesejahteraan pada awal tahun 1900-an merupakan puncak dari pandangan para pejabatnegara terhadap hasil kebijakan mereka dalam memberi kesempatan investasi bagi swasta selama tiga puluh tahun terakhir. [4]
Modal swasta makin banyak yang berkembang di Hindia Belanda, akan tetapi hal ersebut kurang diimbangi dengan perbaikan sarana yang ada. Dari perkebunana dan pertambanagan membutuhkan sarana angkut yang cepat sehingga hasil perkebunan dan pertambangan tidak cepat rusak.
Sarana jalan raya tampaknya belum memadai, mengingat pertimbangan teknologi transportasi telah berkembang begitu jauh. Sarana angkutan kereta api merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari, karena sangat dibutuhkan sebagai sarana pengangkutan barang – barang perkebunan, dengan demikian , barang – barang itu menjadi relatif mudah diperoleh untuk memenuhi kebutuhan para pejabat Belanda dan keluarganya maupun penduduk pribumi. Untuk mencapai tujuan itu pemerintah daerah mengadakan konsesi dengan pihak swasta dalam rangka pembangunan sarana kereta api.[5]
Pembangunan jalur kereta api di Hindia – belanda, khususnya di jawa, pada awalnya tidak berdasarkan pertimbangan dan kepentingan untuk angkutan atau transportasi manusia, tetapi untuk transportasi barang, khususnya barang – barang milik gubernurmen dan barang barang produk perkebunan yang  akan diekspor ke Eropa. Oleh karena itu jaringan rel keret api di bangun dengan tujuan untuk menghubungkan kota – kota pelabuhan di Hindia –belanda dengan daerah – daerah pedalaman yang menghasilkan produk – produk perdagangan yang laku di pasar Eropa. Bukan kebetulan bahwa pembangunan jaringan kereta api pertama kali di jawa adalah di jawa Tengah, yang dimulai dari kota pelabuhan Semarang. Sebagai pertimbangannya karena kota pelabuhan itu dikelilingi oleh daerah – daerah pedalaman yang banyak menghasilkan produk – produk perkebunan ekspor. [6]
Setelah masuknya perkeretaapian di Hindia Belanda sangat memberikan peranan penting bagi berbagai sektor. Perubahan yang terjadi tidak hanya menyangkut segi transportasi saja, tetapi juga menyangkut perekonomian suatu daerah hingga menimbulkan kota – kota dan pasar – pasar baru. Tudak heran jika semakin lancarnya transportasi darat dengan kereta api semakin menambah pemasukan modal asing ke Hindia belanda. Walaupun pada proses pembangunan awalnya terjadi pro dan kontra diantara beberapa pihak.
Pihak penanam modal swasta juga memberi peran dengan membuat jalur kereta yang dibutuhkan oleh perkebunan –perkebunan serta memenuhi kebutuhan pasar. Bahkan terdapat beberapa perusahaan kereta api yang bersal dari swasta. Hal ini menunjukka kebijakan politik Liberal dapat mengundang investor luar untk menanamkan modalnya di Hindia belanda seperti dalam sektor transportasi darat yaitu kereta api.
Memasuki zaman kolonial dalam sejarah bangsa Indonesia, terutama sejak abad ke-18 Masehi, alat transportasi menjadi masalah yang makin utama dan sulit. Soalnya, sejak itu muncul upaya besar – besaran dari penguasa kolonial untuk mengangkut kekayaan yang dihasilkan dari  bumi Indonesia sebagai barang dagang untuk di jual ke pasar Internasional. Dengan di berlakukannya politi liberal sebagai alat timbal balik dari pemerintah Belanda, modal swasta banyak di tanamkan di Indonesia.
Hal ini menyebabkan berkembangnya daerah – daerah perkebunan di Jawa , kebutuhan akan alat – alat transportasi yang memadai di rasakan semakin mendesak.[7] Perusahaan perkebunan yang semakin bertambah luas dan sedang mengalami perkembangan yang pesat memerlukan sarana yang dapat mempermudah ketersampaian produksi. Tidak jarang karena kurang adanya sarana barang yang hendak diekspor menjadi rusak.
Untuk mengangkut hasil kebun dan pertanian diperlukan alat yang cepat dan dapat menjaga kualitas, serta manfatnya secara alami. Oleh karena itu pemerintrah kolonial bersamaan dengan adanya politik liberal , dimana dibukanya penanaman modal yang banyak dari luar, pemerintah Belanda berusaha membangun bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri. Hingga terdapat beberapa tawaran modal untuk membangun jalur transportasi baru, yaitu sampai kepada di cetuskannyalah pembangunan perkeretaapian di Indonesia untuk mempermudah dan memperlancar pekerjaan manusia itu sendiri. Jadi apakah politi liberal yang ada pada masa itu memberi pengaruh terhadap penanaman perkeretapian pertama di Hindia Belanda?
Dengan adanya peristiwa di negeri Belanda, tentang pandangan berbeda terhadap pengolahan tanah jajahan. Kaum liberal mendorong adanya sebuah kebijakan baru bagi tanah jajahannya agar pemerintah mengupayakan penghapusan verplichen (pajak hasil bumi). Kebijakan ini mendorong kaum borjuis Belanda yang mempunyai modal lebih, menuntut adanya penggantian sistem monopoli pemerintah dan sistem kerja paksa dengan sistem persaingan bebas berdasarkan konsepsi liberalisme. Konsepsi liberalisme terwujud dalam sebuah kebijakan yang memperbolehkan modal Asing berkembang di Hindia Belanda dengan program swatanisasi perkebunan.[8]
Sepanjang abad ke sembilan belas, surplus tanah koloni telah diserap setiap tahun sebagai upeti bekas Belanda. Sebagian berkat pembayaran ini , Belanda bisa memodernisasikan dan membangun masyarakat borjuis yang sukses. Menjelang masa depresi , partai Liberal telah menjadi arus dominan dalm pembuat kebijakan dan politik Belanda. Percaya sepenuhnya kepada pasar bebas. Kaum liberal telah berjanji bahwa begitu ekonomi berkembang maka kehidupan rakyat bumi putera akan meningkat karena kemakmuran akan menetas.tetapi itu hanya ilusi.[9]
Sejak tahun 1870 kelompok penguasa swasta belanda mulai memainkan peranan penting dalam perekonomian di Hindia Belanda. Sejak itu mereka dapat menanamkan modalnya dengan leluasa dengan membuka perusahaan – perusahaan besar, seperti perkebunan, perdagangan, pertambangan. Perusahaan ini dikelola secara bebas dengan menggunakan teknologi baru. Upaya peningkatan produksi dilakukan secara intensifikasi dan ekstensifikasi.[10]
Sejak masa Liberal negara tidak lagi memonopoli dunia usaha tetapi meberi keleluasaan kepada pihak swasta. Perubahan ini terjadi karena pengaruh perubahan liberal yang berhasil mendominasi kursi di parlemen Belanda . sejak itu investasi asing di Hindia Belanda berkembang pesat. Banyak pengusaha swasta Eropa mulai menanamkan sahamnya sejumlah perusahaan di negaeri jajahan ini, mulai dari sektor perkebunan, transportasi , telekomunikasi, pertambangan dan energi dan sebagainya.
Setelah abad ke – 19 , penerapan sistem tanam paksa mulai memperlihatkan penyimpangan – penyimpangan. Dalam upaya mengejar keuntungan dan prosentase penanamannya, para pelaksanaan penanaman sering melakukan pemaksaan. Hal ini melahirkan gagasan humanitaria akan adanya upaya membela harkat manusia universal. Sebagai akibatnya mulai tahun 1870  penerapan sistem tanam paksa mulai di hapuskan.[11]. Setelah sistem tanam paksa dihapuskan, perekonomian negeri jajahan mulai mengenal modal – modal swasta, baik dari negeri Belanda maupun negeri lain seperti Inggris, Amerika dan Cina. Modal modal tersebut lebih banyak di tanamkan di sektor perkebunan.
Lahirnya politik etis, yang memiliki makna keterlibatan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat bumiputera, tidak menghambat pertumbuhan – pertumbuhan perusahaan – perusahaan swasta di Indonesia. Lahirnya perusahan – perusahaan bak jamur di sim penghujan didorong oleh faktior utama, yaitu penyediaan lahan. Sejak tahun 1870,pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan Undang – Undang agraria (Agrarische Wet) yang memberi kepastian hukum pertahanan di Hindia Belanda.[12] Meski dengan fluktuasi yang tajam, tingkat pertumbuhan ekonomi zaman kolonial bisa mencapai 2% pertahun antara tahun 1901 dan 1929 dan mekipun sektor perkebunan berada di garis terdepan dalam ekspansi ini, semua sektor yang lain seperti manufaktur, konstruksi dan transportasi , perdagangan grosir dan ritel serta sektor pemerintah juga meningkat dengan pesat.
Perusahaan – perusahaan eks perusahaan Belanda yang kini dikelola BUMN tidak berembrio dari perusahaan negara yang didirikan selama tanam paksa tetapi dari periode Liberal 1870-1900 dan Politik Etis (1900-1942).[13]
Dengan adanya perubahan rezim penguasa dari dominasi Liberal dalam parlemen pada tahun 1899 menjadi koalisi kanan – tengah, suatu program baru sebagai bentuk perwujudan pandangan yang berbeda terhadap kebijakan koloni disusun. Hingga akhirnya terlahirkan Undang – undang pada tanggal 23 Juli 1903 yang dikenal sebagai Desentralisatie Wet 1903.[14] Dalan undang – undang ini memberi kesempatan kepada pemimpin daerh untuk mengembangkan daerah yang berda di bawahnya, sehingga tiap – tiap darah akan bersaing untuk memajukan daerahnya.
Ketika eksploitasi dan monopoli oleh negara mulai menunjukkan penurunan, seiring dengan berkurangnya produktivitas Culturstelsel  yang mencapai puncaknya pada tahun 1848, tuntutan bagi pengurangan peran negara dan peningkatan swasta semakin jelas teras. Gubernur jenderal duymaer van Twist pada awal tahun 1851, di bawah tekanan dari Tweede kamer der Staten General  (Majwlis rendah parlemen belanda) mengambil langkah – langkah bagi persiapan pembukaan pintu koloni bagi masuknya modal swasta. Hasil penelitian Twist kemudian dikiriman ke Deh Haag untuk dipertimbangkan menteri Koloni sebagai dasar pembuatan peraturan yang akan digunakan sebagai landasan hukum investasi di tanah koloni.[15]
Dengan adnya kepastian hukum khususnya yang berkaitan dengan jaminan bagi penyewaan lahan sebagai modal dasara usaha, sejumlah badan usaha yang memiliki kekuatan modal dan potensi pengembangan usaha mulai mengpayakan investasinya ke tanah kolonial Hindia Belanda. Perusahaan besar yang berpusat di negeri belanda mengirim perwakilannya ke kota besar yang ada di Hindia Belanda untuk melakukan negosiasi dengan penduduk pribumi atau kepala daerah demi kepentingan eksploitasi [16]
Ada bentuk konflik lain dalam hal investasi modal yang terjadi Hal ini berkait dengan bentuk investasi yang berlangsung atas objek yang sama. Jika selama akhir abad XIX perkebunan mendominasi sektor agraris khususnya di Jawa dan bagian tertentu pulau Sumatra, investasi modal usaha lain juga berlangsung di sektor yang berbeda. Sektor yang marak dimasuki investasi adalah transportasi, khususnya pembukaan dan perluasan jaringan jalan kereta api.[17]
Pengaturan dalam hal penggunaan lahan antara sektor perkebunan, pertambangan, kehutanan dan transportasi tentu saja menunjukkan perbedaan, meskipun ada kesamaan dalam hal penguasa. Perkebunan , pertambangan dan kehutanan di satu sisi menuntut penguasaan lahan untuk jangka waktu lama secara terpisah (blok), sementara sektor transportasi lebih menggutamakan penggunaan lahan sesuai kebutuhan jalur pengangkutan, Oleh karena itu ijin dan hak konsesi yang diberikan kepada pengusaha transportasi pasti berasal dari pemerintah pusat, sementara peran daerah dalam hal inilebih terbatas pada hal teknis daripada teritorial.[18]
Selama zaman liberal pemerintah Hindia Belanda membangun banyak prasarana untuk menunjang produksi tanaman dagangan ekspor, salah satunya ialah membangun jalan – jalan , jaringan dengan kereta api, dan jembatan – jembatan. Hal ini menunjukkan pembangunan kereta api di pulau jawa terutama terdorong oleh pertimbangan – petibangan konomi : khusunya perkebunan – perkebunan besar. Perkembangan kereta api ini berjalan dengan pesat sekali.[19]
Dengan berkembangnya daerah – daerah perkebunan di Jawa, kebutuhan akan alat – alat transportasi yang memadai dirasakan semakin mendesak. Munculnya perkebunan – perkebunan tersebut dimungkinkan oleh Undang – Undang agraria yang diundangkan dalam tahun 1870 dan bertujuan untuk melindungi petani – petani Indonesia terhadap kehilangan hak milik atas tanah mereka kepada orang – orang asing. Keadaan transportasi di jawa yang memang kurang memenuhi syarat, nampak bertambah parah dengan muncul dan berkembangnya daerah – daerah perkebunan baru. Menghadapi kenyataan yang demikian itu, menteri J.C Beud  berusaha menanggulanginya dengan berbagai percobaandan perbaikan alat – alat transportasi.[20]
Gubernur Jenderal hindia Belanda Tuan A. J Duymaer van Twist pada tahun 1851 memberikan masukan berupa kemudahan pihak investor swasta (yang tertarik sebagai pengembang) agar memberikan izin dari pemerintah Kerajaan Belanda untuk membangun jalur transportasi kereta api di Hindia Belanda. Dan tahun 1852 pihak kerajaan Belanda mengeluarkan konsesi atau surat keputusan yang memberikan kemudahan bagi pihak investor swasta untuk membangun jalur kereta api. Dan baru tahun 1860 raja Willem III menugaskan T.J Stieltjes untuk mengadakan apenelitian terkait transportasi di Hindia Belanda.[21]
Objek konsesi penting yang dilimpahkan oleh pemerintah kolonial kepada investor setidaknya terdiri atas tiga sektor.: transportasi, kehutanan dan pertambangan. Ketiganya dengan pengecualian transportasi, merupakan hak kewenangan negara. Namun sejak 1870-an pemberian konsesi kepada swasta marak berlangsung seiring dengan menguatnya peran swasta dalam sistem perekonomian koloni. Sektor transportasi khususnya kereta api , hanya menyisakan bagian kecil bagi peran negara yang tetap memiliki peran serta dalam bentuk perusahaan kereta api negara atau Staatsspoor yang didirikan pada tahun 1866[22]
Pada tahun 1846 Gubernur jenderal Hindia Belanda J.J Rpchussen (1845-1851) mengusulkan kepda pemerintah kerajaan belanda agar menolak permohonan konsesi dari pihak swasta yang waktu itu sudah ada yang tertarik pada penanaman modalnya dalam bidang transportasi. Karena menurutnya pengadaan transportasi hendaknya dilakukan oleh pemerintah. Bertolak belakang dengan usul Rochussen , gubernur jenderal A.J Duymaer van Twist(1851-1856) justru mengajukan usul agar pemerintahan kerajaan di belanda mempertimbangkan usulan konsesi pihak swasta. Hingga akhirnya dikeluarkan konsesi untuk mempermudah penanaman modal.
Berdasarkan surat keputusan raja belanda tanggal 31 oktober 1852, banyak kalangan pengusaha swasta mengajukan permohonan konsesi untuk membuka permohonan usaha kereta api di Pulau Jawa. Beberapa permohonan berasal dari pengusaha perkebunan swasta yang mulai bermunculan, maksud mereka ialah agar perusahaan mereka bisa lebih mampu mengangkut hasil produksi yang mulai  melimpah.[23] Disini dapat dilihat pihak penenm modal mudal dapat memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh jika menggunakan kereta pai sebagai sarana angkut barang hasil perkebunan. Karena jika terus menerus menggunakan manusia dimungkikan kurang efisien dan akan menghadapi banyak kendala. Pihak perkebunan mulai memikirkan pentingnya transportasi darat menggunakan kereta api.
Pihak – pihak yang berkepentingan yaitu kalangan perkebunan mengajukan saran – saran dan keinginan mereka, agar pembuatan jalan rel kereta api dilakukan dari pusat perkebuanan ke pelabuhan di tepi pantai. Selain itu ada pula kalangan lain yang mngusulkan, agar dapat sekaligus, dirancang pembuatan jaringan rela secara terpadu di Pulau jawa.[24]
Untuk kecepatan gerak tentara, Gubernur Jenderal Deandles membikin jalan raya anyer ke Panarukan . Setelah selesai di tambahlah beberapa jalan simpan ke arah pedalaman untuk mengangkut hasil bumi. Dalam pada itu seorang perwira kolonel  genie Van der Wijck menganjurkan untuk kepentingan pertahanan, hendaknya selekas mungkin diadakan jalan kereta api di Hindia belanda[25] Dan guna mempertahankan pulau Jawa dari serbuan Inggris deandles membangun jaringan jalan raya atau jalan pos serta pelabuhan – pelabuhan untuk pangkalan angkatan laut.[26]
Pada tahun 1840 Kolonel J.H.R Van Der Wick mengusulkan kepada Kerajaan belanda agar membangun transportasi baru yaitu kereta api di Hindia Belanda sebagai solusi atas permasalahan terkait keamanan ekonomi.[27] Dalam melakukan penelitian juga menua beberapa permasalahan akan jalur yang hendak dibuat.
Pemerintah tampak memeberi fasilias yang besar kepada peusahaan kereta api. Dalam hal ini perusahaan kereta api dianggap sebagai pelayanan umum yang harus dipentingkan untuk masyarakat. Akan tetapi berdasarkan pasal 69 semua aset kereta api akan menjadi milik negar setelah akhir masa konsesi, semua lahan yang telah di bebaskan juga masuk di dalamnya.[28] Disini posisi perusahaan kereta api sangat kuat secara yuridis formal. Akan tetapi hal itu bukan berarti tidak ada masalah hukum, dalam hal ini terjadi sengketa antara perusahaan kereta api dengan perusahaan perkebunan atas objek yang sama.
Sejak awal pihak Inggris menyadari bahwa kehadiran mereka yang dominan pasti akan menimbulkan reaksi dari kalangan ekonomi dan politikus Belanda. Oleh karena itu, mereka kemudian menggunakan "kedok” modal belanda yang diwujudkan dalam Nedelandsch Indische Stromvart Maatschappij (NISM). Sejak tahun 1875 NISM praktis tampil memonopoli jalur – jalur pelayaran di Hindia Belanda yang menghubungkannya bukan hanya dengan pangkalan – pangkalan niaga di Asia tetapi juga ke Eropa.[29] NISM ini merupakan pelopor perusahaan kereta api swasta yang pertama kalinya mendapat konsesi dari pemerintah.
Berdasarkan surah Gouverment Belsuit No. 9 tahun 1893 tertanggal 20 April 1893 (untuk pengajuan konsesi selama 50 tahun) Pembangunan sejauh 23 km dari Semarang hingga jogjakarta yang juga mengarah pada pabrik gula Sewugalur. Di Jogjakarta jalur kereta api pada mulanya digunakan untuk mengangkut penumpang karena orang Jawa (pribumi) tidak suka bepergian jauh serta hanya pegawai pemerintah Hindia Belanda saja yang bepergian jauh.[30]
Sesungguhnya pada awalnya prmohonan konsesi NISM itu diajukan oleh W. Poolman, A Fraser dan E. H Kol. Mereka mengajukan permohonan konsesi bagi pemasangan dan pengusahaan jalan rel dari Semarang ke Surakarta dan Yogyakarta. Yogyakartawaktu itu disebut Vorstanlanden, yaitu daerah yang dikuasai raja – raja, maksudnya Sunan Surakarta dan Sultan Yoyakarta. Mereka berani mengajukan permohonan itu atas dasar pertimbangan bahwa wilayah yang akan di lalui oleh jalan rel itu, yaitu daerah – daerah : Semarang Selatan, Surakarta dan Yogyakarta merupakan daerah penghasil barang ekspor yang kaya, seperti kayu, tembakau, gula. Barang – barang itu perlu diangkut ke Pelabuhan Semarang.[31]
Sepur klutuk atau kereta api uap di Indonesia sudah setua rel kereta api itu sendiri. Jalur lama yang ada di mulai dari stasiun Mijen Semarang ke arah Tanggung tanggal 7 Juni 1864 oleh NISM (Nederlandsch Indische Spoorwegn Maatschappij) (kemudian dilanjutkan jalur ke Grobogan, Kedungjati, Gundih hingga Solo dan dilanjutkan proyek ke Yogyakarta[32]
Sebenarnya memang telah ada beberapa permohonan konsesi yang diajukan oleh pihak swasta kepada pihak Hindia Belanda untuk membangun dan mengelola Jalan kereta api, terutama di daerah – daerah pekebnan yang pentting. Permohnan konsesi antara lain dilakukan oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda atau Nederlandsch –Indische Spoorwegn Maatschappij atau NISM. Oleh karena pemerintah sendiri pada saat itubelum mempunyai perusahaan kereta api maka permohonan dari NISM belum dikabulkan.
Timbulnya permintaan konsesi dari pengusaha swasta yang disertai jaminan bbunga 5% dari modal yang dipinjam, telah menimbulkan berbagai macam pendapat dikalangan pejabat pemerintah Hindia Belanda.Gubernur Jenderal Mr. L.A.J.W. Baroen Slot van den Beele(1861-1868)akhirnya bersedia mengabulkan permintaan konsesi tersebut dengan permintaan syarat-syarat tertentu. Persyaratan dimaksud antara lain supaya pembuatan jalan rel itudisesuaikan dengan arahan menteri Urusan Jajahan Hindiia Belanda Fransen van De Puttemenginginkan agar jalur jaln rel Semarang-Solo Yogyakarta diperluas dengan lintas cabang dari Kedungjatimenuju Ambarawa. Soalnya di Ambarawa ada benteng Willem 1 yang pentingdari segi kemiliteran. Dalam hal ini jaminan bunga modal sebesar 4,5% akan diberikan oleh pemerintah , kecuali untuk lintas cabang Ambarawa. Persyaratan lainnya adalah lebar sepur harus sesuai dengan norma standar Eropa, yakni 1453mm. Akhirnya dengan adanya kebutuhan yang saling mengkait , maka pada tahun 1862 untuk pertama kalinya pemerintah memberikan konsesi kepada beberapa orang pengusaha swasta yang kemudian mendirikan perusahaan kereta api Nederlanssch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang dipimpin oleh  irr. J.P.de Bordes.
Pembangunan jalur transportasi baru ini dipilih dengan penanaman jalur kereta pai, karena di rasa kereta api lbih efektif dan efisien, walaupun dalam proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama karena ketersediaan modal yang terbatas dan medan jalur yang akan di lalui cukup curam. Beberapa pihak swasta sudah mengajukan pembuatan jalur kereta ini sejak lama, namun baru dapat di terima oleh pemerintah kolonial tahun 1864.
Ketika pada tanggal 10 agustus 1867 lintas Semarang (kemijen) ke tanggung sepanjang 25 km dibuka dan kereta api mulai dioperasikanuntuk umum ternyata masalah yang dihadapi NISM cukup  besar. Perusahaan ini di hadapkan opada kesulitan finansial yang paling parah, karena sudah terlanjur alah merancang sejak awal. Ternyata pngeluaran yang harus dibiayai untuk pembangunan jalan rel yang pertama ini jauh melebihi rancangan anggaran yang diperkirakan, sehingga timbul kekhawatiran di kalangan pemimpin NISM. Dalam pada itu, berita – berita yang  dimuat dalam surat kabarpun tidak mendukung pertumbuhan kereta api di pulau jawa, sehingga pelaksanaan investasi pembangunan jalan rel di jawa terancam terhenti, sehingga NISM meminta bantuan kepada pemerintah . bantuan yang diberikan pemeintah dewasa ini adalah berupa pinjaman modal tanpa bunga kepada NISM, sehingga pembngunan jalan rel dimungkinkan untuk dilanjutkan terus sampai ke Surakarta. Pemerintah mengabulkan permintaan bantuan keuangan NISM , karena jalan rel tersebut dianggap sangat penting bagi kelancaran pengangkutan produksi gula yang cukup banyak untuk diekspor waktu itu.[33]
Semenjak dibangunnya jalan kereta api yang pertama di Indonesia itu, kemudian bermunculan perusahaan – perusahaan kereta api swasta lainnya yang diminta ijin untuk membangun dan mengelola jalan kereta api.[34] Dengan adanya pemangunan keretaapi tersebut proses transportasi menjadi lebih lancar.
Pembangunan perkeretaapian oleh pemerintah Kolonial Belanda , selain bertujuan untuk memenuhi keperluan kaum kolonial, juga dimaksudkan untuk memajukan pertumbuhan perekonomian penduduk di negara jajahan mereka , dalam hal ini orang Indonesia. Setelah tahun 1900, semenjak diopersikannya  jaringan kereta api alat angkut inimnjadi pilihan utama penduduk. Hal ini dimungkinkan karena pendapatan penduduk pribumi menjadi lebih baik  dalm pada itu ongkos perjalanan dengan menggunakan alat transport kereta apilebih murah dan lebih cepat dibandingkan dengan ,enggunakan alat transportasi yang sudah ada.[35]
Diantara kegunaan sarana transportasi kereta api itu adalah : Pertama, untuk pengangkutan bahan makanan pribumi, seperti padi, beras dan hasil bumi lainnya. Kedua, sebagai aalat pengangkut produksi perkebunan yang bertumpuk, terutama kopi dan gula. Ketiga, sebagai alat pengangkutan barang – barang industri bagi kebutuhan orang – orang Eropa, berupa barang – barang konsumsi, tekstil (katun) dan barang – barang penting lainnya. Dengan adanya sarana pengangkutan kereta api dapat menjamin kelancaran arus barang –barang kebutuhan pokok, sehingga barang – barang itu relatif lebih mudah diperoleh.[36]
Pemerintah belanda setelah bertahun – tahun ragu akhirnya berpendapat bahwa pemasangan jalankereta api di Hindia – Belanda sangat perlu, telah menunjukka kepada rakyat perhatiannya terhadap pemasangan jalan rel umumnya dan pengusaha – pengusaha oleh Negara khususnya, dengan adanya kereta api timbulla kemakmuran di daerah yang mempunyai benih kemakmuran, tetapi sangat kurang penduduknya  dan tak mempunyai hubungan sehngga tetap menjadi suatu daerah yang terbelakang. [37]
Pentingnya transportasi Kereta Api tercermin semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas penumpang maupun barang secara aman, nyaman, cepat, tepat dan beratur dengan biaya yang dapat terjangkau daya beli masyarakat. Hal ini berarti transportasi Kereta Api memiliki posisi penting dan strategi dalm memperlancar roda perekonomian. Menyadari pentingnya peranan perusahaan Kereta Api sebagai sarana penunjang, pendorong dan penggerak pertumbuhan daerah yang berpotensi berarti transportasi Kereta Api memiliki posisi penting dalam memperlancar roda perekonomian. Kereta Api sangat dibutuhkan untuk mengangkut hasil perkebunan tidah hanya tembakau melainkan juga tanaman seperti karet, kelapa sawit dan sebagainya. Dan lebih dari 65 jenis barang yang dapat diangkut 17 barang yang diangkut, misalnya kayu bakar, semen, papan, batu, besi rel, karet, tembakau, minyak sawit, kopi. Hasil pertanian dan kerajinan rakyat, anatara lain padi, atap, dan sebagainya. Jenis barang yang diangkut sebagian besar merupakan kebutuhan pokok masyarakat kota dan komuditi ekspor yang di kirim ke luar negeri melalui pelabuhan Belawan. Tanaman ekspor ini sebagian besar dikelolah perkebunan besar milik Asing baik pengusaha swasta maupun milik pemerintah.
Dengan dipasangnya jalur kereta api dan trem , dirasakan adanya berbagai pengaruh tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Adanya jalan –jalan kereta api, terutama yang di bangun di daerah-daerah yang letaknya jauh darijaringan jalan raya, mengakibatkan berbagaimacam perubahan yang nyata. Daerah yang terletak di sepanjang jalur jalan kereta api tersebut kemudian menjadi lebih ramai dan bahkan mulai tumbuh menjadi kota – kota keccil. PAsar – pasar mulai bermunculan dan segera menjadi pusat aktivitas perdagangan dan komunikasi bagi desa- desa di sekitarnya. Jaringan jalan kereta api ternyata dapatt menjadi perangsang bagi para pedagang di daerah pedalaman untuk meningkatkan kegiatan dan menghubungkan ekonomi pedesaan dengan daerah pemasaran yang lebih luas lagi seperangkatan tram dan kereta apai telah ditentukan.rti semarang an kota-kota kecil lainnya. Pengangkutan yang relative aman dan cepat adalah denga kereta api atau tram, selain itu ongkos pengangkutannya juga tidak begitu mahal. Selain itu masyarakat desa yang semula tidak begitu memperrhatikan waktu, kemudian menjadi masyarakat yang mengenal waktu, karena jam keberangkatan.[38]
Jadi, perkembangan perkeretapian yang ada di Hindia belanda pada masa itu tercetus karena adanya tuntutan zaman akan keperluan transportasi yang didukung dengan masuknya modal asing yang di tanamkan oleh swasta di Hindia Belanda. Pemerintah kolonial membuka kesempatan seluas – luasnya terhadap modal swasta asing yang akan menanmkan modalnya pada masa politik liberal yang sedang berlaku.





















DAFTAR PUSTAKA

Hermanu. 2014. Kereta Malam. Yogyakarta: Bentara Budaya.
Poesponegoro, Marwati Djoenet. 2011. Sejarah Nasional Indonesia V (Jakarta : Balai Pustaka.
Prasetyo w, Yudi. Perkembangan Transportasi Kereta Api di Perkebunan Deli (Sumatra Utara) Tahun 1880-1891. Jurnal, tidak diterbitkan.
Simeon, Oerip. 1953. Sejarah Kereta Api Negara (SS/ DKA) di Indonesia . Bandung : Pengurus Besar Persatuan Buruh Kereta Api.
Sukardi, Tanto. 2014. Tanam Paksa di Banyumas. Purwokerto : Pustaka pelajar.
Susilowati, Endang. 1984. Peranan Tram Semarang –Juana sebagai Sarana Pengangkutan pada Tahun 1885 – 1900. Tesis : tidak diterbitkan.
Tim Telaga Bhakti Nusantara. 2007. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid I . Bandung : CV Angkasa.
Vickers, Adrian. 2005. Sejarah Indonesia Modern.Yogyakarta : Insan Madani.
Wasino, dkk. 2013. Sejarah Nasionalisasi Aset – Aset BUMN, (Biro Hukum Kementerian BUMN RI.



[1] Hermanu, Kereta Malam, (Yogyakarta: Bentara Budaya, 2014), hlm.11.
[2] Tim Telaga Bhakti Nusantara. 2007. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid I . Bandung : CV Angkasa hlm.9
[3] Wasino. dkk, Sejarah Nasionalisasi Aset – Aset BUMN, (Biro Hukum Kementerian BUMN RI, 2013), hlm. 40
[4] Wasino. dkk, op. cit.  hlm. 204- 205)
[5] Tanto Sukardi, Tanam Paksa di Banyumas, (Pustaka pelajar, 2014), hlm. 96-97
[6] Wasino. dkk, op. cit. hlm. 171)

[7] Munculnya perkebunan tersebut dimungkinkan oleh Undang- Undang Agraria yang di undangkan dalam tahun 1870 dan bertujuan untuk melindungi petani-petani Indonesia. Lihat Endang Susilowati ,Peranan Tram Semarang –Juana sebagai Sarana Pengangkutan pada Tahun 1885 – 1900 (Tesis : tidak diterbitkan, 1984), hlm. 3.
[8] Yudi Prasetyo w, Perkembangan Transportasi Kereta Api di Perkebunan Deli (Sumatra Utara) Tahun 1880-1891, (Jurnal, tidak diterbitkan), hlm. 1
[9] Adrian.Vickers, Sejarah Indonesia Modern. (Yogyakarta : Insan Madani, 2005) .hlm. 24
[10] Tim Telaga Bhakti Nusantara. Op. cit.  hlm. 15
[11] Marwati Djoenet Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia V (Jakarta : Balai Pustaka, 2011), hlm. 5.
[12] Wasino. dkk, op. cit.  hlm.  4
[13] Wasino. dkk, op. cit.  hlm.  4
[14]Wasino. dkk, op. cit.  hlm. 49)

[15] Wasino. dkk, op. cit.  hlm.   24-25
[16] Wasino. dkk, op. cit.  hlm.  32
[17] Wasino. dkk, op. cit.  hlm.  34

[18] Wasino. dkk, op. cit.  hlm. 66
[19] Marwati Djoenet Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia IV (Jakarta : Balai Pustaka, 2011), hlm. 383-384
[20] Endang Susiloewati . op, cit. , hlm. 3-4
[21] Hermanu. Op. cit. hlm.118.
[22] Wasino. dkk, op. cit.  hlm.   42-43)
[23] Tim Telaga Bhakti Nusantara. Op. cit.  hlm. 49-50
[24] Tim Telaga Bhakti Nusantara. Op. cit.  hlm. 49-50
[25] Oerip.Simeon,. Sejarah Kereta Api Negara (SS/ DKA) di Indonesia . Bandung : Pengurus Besar Persatuan Buruh Kereta Api, 1953) hlm. 34
[26] Tim Telaga Bhakti Nusantara. Op. cit.  hlm.9
[27] Hermanu. Op. cit. hlm.117
[28] Wasino. dkk, op. cit.  hlm.   37
[29] Wasino. dkk, op. cit.  hlm.   68
[30] Hermanu. Op. cit. hlm.135-136.
[31] Tim Telaga Bhakti Nusantara. Op. cit.  hlm. 53
[32] Hermanu. Op. cit. hlm. 14
[33] Tim Telaga Bhakti Nusantara. Op. cit.  hlm. 54
[34] Pembangunan ini dilakukan di Jawa dan Sumatra. Endang Susilowati, op.cit. hlm 6
[35] Tim Telaga Bhakti Nusantara. Op. cit.  hlm. 84
[36] Tanto Sukardi, op. cit. hlm. 97
[37] Oerip.Simeon,. op. cit.  hlm. 78

[38] Endang Susiloewati . op, cit. , hlm. 55-58).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah kelurahan Sumurboto

PERKEMBANGAN JALUR-JALUR KERETA API DI KOTA SEMARANG SEJAK TAHUN 1867-1955

HUJAN dan SECANGKIR CAPPUCINO