KAMANDAKA, AKU dan SEMESTA

Melewati kota lama Semarang puas, dan memasuki kawasab stasiun Poncol. Disambut ucapan selamat datang dari mesin parkir. Aku kaget mesin ini lebih peka dari manusia sekalipun. Bersama kakak tingkatku yang sore itu siap sedia mengantarkanku ke Poncol. Melangkah menuju riang tunggu sedang jam masih menunjukkan pukul 17.00 wib."masih lama", kataku. "Memang di tiket jam berapa dik?"
"Jam 17.45"
"Ya sudah,sebentar lagi".
Benar katanya, tak lama suara mikrofon mendengungkan kereta api Kamandaka akan segera memasuki stasiun.
17.30 aku berpamitan dan melangkahkan kakiku menuju petugas. Diam dan hanya menjalankan tugas.mungkin jika senyum sedikit terlihat lebih ramah. Ah, mungkin dia sudah lelah.
Kulemparkan seluruh tatapanku seisi ruang dalam, seperti biasa , tak ada yg ku kenal.
KA KAMANDAKA dengan gagahnya memasuki Daop 5 semarang Poncol. Orang orang berebut masuk, aku heran pada mereka. Bukankah nanti kita juga bisa masuk dan duduk? Mengapa harus terburu - buru? Ah sudahlah, manusia semakin gila akan dirinya. Gerbong ekonomi 1 4D. Hanya menunggu segelintir orang dusuk rapih aku sudah menemukannya. Didepanku sudah ada 2 wanita muda yg asik dengan dunianya, asal muasal dia orang purbalingga, tetapi seperti orang asing yg hendak pulang. Dan disampingku lelaki muda tengah fokus dengan headset dan penutup mulutnya, maaf aku ganggu dengan barang titipanku yg aku bawa berupa banner.
17.45 KA KAMANDAKA Siap membawaku menuju tanah kelahirkan. Kutinggalkan kongres BEM FIS dan diksar EXsara. Kukeluarkan buku Sejarah perkeretaapian jilid1 hampir 2 jam aku bernostalgia dengannya. Di stasiun weleri aku merasa bosan, kuberanjak sejenak melewati pintu pembatas, gagah, kereta ini gagah sekali. Buku yang aku baca membawaku kian bernostalgia dengan kereta api. Terlalu banyak sejarah yang kau lewati.
Memasuki stasiun Tegal aku mulai mencari tempat baru dengan mengunjungi restorasi, tidak besar. Cukup sederhana, namun itu membuat aku puas. Membaca, mie, kopi ,air putih dan lampu kemerlap diluar jendela mengingatkan ku akan perjalanan panjang yang harus aku lalui. Akan janji yang belum aku bayar dan tanggung jawab yang terus menanti.
Entah aku sedang meninggalkanmu atau mendekat padamu aku pun tak tahu. Di kereta dan gemerlap malam lampu ini aku bercerita tentang kita. Tentang kisah yang menjadi cerita antara aku, kau , dan semesta. Aku hanya sedang beruaaha menepati janjiku. Tidak ada maksud untuk apapun. Kamandaka menyadarkanku untuk berpindah menuju tempat yg lebih nyaman. Dimana hampir 3 gerbong aku susuri sudah mulai kosong. Hanya ada segelintir orang menunghu stasiun akhir.
KA KAMANDAKA DAOP 5 Purwokerto. Aku menagih janjimu .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah kelurahan Sumurboto

PERKEMBANGAN JALUR-JALUR KERETA API DI KOTA SEMARANG SEJAK TAHUN 1867-1955

HUJAN dan SECANGKIR CAPPUCINO