Finally Ifoun Spoorland 😀
Ya saya pernah menulis tentang ini
waktu itu untuk penulisan tugas Metodologi Pendidikan Sejarah dan berawal dari
itu selain karena kecintaan saya akan kereta api mengantarkan pada rasa
penasaran akan sejarah kereta api di Indonesia, khususnya di Semarang. Karena
semarang merupakan tempat pertama kali di tanamkannya jalur pertama kereta api
di Indonesia. Karena pertimbangan daerah yang dekat dengan pelabuhan dan
merupakan kota kecil yang banyak didiami Belanda hingga akhirnya dibangunlah
stasiun kereta api di Semarang di desa Kemijen. Untuk operasional kantor dari
kereta api di bangun NISM (Netherland Indische Spoorwegn Mantjapai) yang
bangunannya masih kokoh sampai sekarang yaitu Lawang Sewu.
Dan tadi pagi berawal dari iseng
iseng akan keinginan saya terhadap Olievier Raap seorang Belanda yang sudah
beberapa kali menerbitkan buku tentang sejarah Indonesia, melalui percakapan di
facebook hingga whatsapp dan ajakan dari Olie untuk melihat stasiun NIS
pertama. Awalnya saya hanya mengajak mba Rossa untuk bertemu Olie, namun
setelah malam ada ajakan dan pada saat itu saya sedang bersama mas Akhmad Dwi
dan mas Agung, akhirnya mereka saya ajak. Pertemuan yang di janjikan jam 7 pagi
membuat beberapa manusia yang memiliki gelar mahasiswa ini kelabakan harus
berpacu dengan hati dan niat untuk bangun lebih pagi. Tak lupa saya mengajak
sulis, dimana dia juga penggemar kereta dan saya jemput jam 05.30 hampir menuju
tempat maa Akhmad Dwi yang saya kira belum bangun tetapi ternyata sidah.
Kemudian saya berpatroli menuju kontrakan mba Rossa, dan dia belum terbangun.
Sekian menit datang mas Yahya. Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya saya,
mba Rossa , mas Agung, mas Akhmad Dwi dan mas Yahya siap menuju Spoorland dan
bertemu dengan Olie.
Melalui jalur Trangkil yang sedikit
macet membuat kami terlambat samapai di Kemijen. Namun hal itu tidak
menyulutkan semangat. Pertemuan dengan Olie dan mas Sandi yang ramah membuat
kami tak sungkan untuk saling berbagi ilmu. Menyusur desa Kemijen dimana
menurut beberapa sumber merupakan tempat pertama di bangunnya stasiun kereta
api, namun kini hanya tingga stasiun gudang yang terendam air hampir sebagian
badannya. Puas melihat stasiun gudang, dengan berbekal map kami mencari stasiun
Samarang. Sebelumnya kami menemukan bekas Depo yang dulu digunakan untuk
mencuci kereta api. Sekarang Depo tersebut digunakan sebagai rumah tinggal dan
balai perkumpulan warga. Dan disini Sulis dan Ulin datang menyusul.
Sedikit kearah barat dan gang
selanjutnya kami menemukan rumah yang memeng meruoakan bekas stasiun Samarang.
Kini trmpat tersebut sangat kumuh dan ditinggali oleh beberapa keluarga. Masih
terdapat besi bekas yang dahulu ada di atap peron stasiun. Lubang ventilasi
juga masih ada di dalam rumah, karena tempat tersebut sudah di kelola warga,
jadi untuk melihat dan memasukinya harus melalui ijin RT setempat. Stasiun
samarang tersebut sudah di terendam hampir 3 meter karena memang Semarang
daerah rawan rob. Dibalik almari juga terdapat pintu yang digunakan sebagai
pintu masuk, namun kini hanya tersisa setengah badan saja.
Adanya rasa khawatir dari warga juga
saya rasakan, hal itu dimungkinkan karena tanah yang mereka tempati merupakan
tanah milik KAI. Mereka takut jika suatu saat diakgifkan kembali jalur
tersebut. Karena jika hal itu terjadi maka mereka akan terusir. Banyaknya orang
dari luar uang penasaran akan rumah tinggal yang ternyata dulunya stasiun
pertama juga membuat warga sedikit merasa terganggu, walaupun memang masih ada
yang tetap dengan swnang hati memberi penjelasan.
Sudah puas menemukan stasiun Samarang
kami berfoto dan berpisah dengan Olie dan mas Sandi. Kami melanjutkan
perjalanan kembali ke Pasar Johar untuk sarapan sedangkan Olie ke Surabaya
bersama mas Sandi. Sampai jumpa Olie, semoga saya bisa menyusul ke negeri
Belanda 😊😀
Komentar
Posting Komentar