Tak Semudah dan Sesederhana Itu
10 September 2013, tepat 2 tahun lalu penandatanganan kontrak kerja di suatu pabrik di daerah Sukabumi Jawa Barat dilakukan oleh seorang anak yang masih baru - barunya keluar dari Sekolah Menengah Tingkat Atas. Semua mimpi yang lepas dan hampir punah kembali ia susun dan ia rajut. Tak muda memang mengembalikan dan membangun cita - cita baru dengan suasana, keadaan dan inspirasi yang hanya beberapa persen. Ibarat mobil harus banting stir, karena ingin melanjutkan ke jalan yang selanjutnya tetapi jalan itu terlalu keras dan sudah tidak memungkinkan untuk dilanjutkan lagi.
Impiannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan Tingginya harus tertunda , faktor biaya dan orang tua yang kurang mendukung menjadi semangat barunya untuk terus berjuang mencapai apa yang dia inginkan.
Bekerja menjadi buruh pabrik ia lakono karena ada satu impian yang selalu mengganggu pikirannya, ingin menjadi Mahasiswa "itu saja". Janji yang melekat kuat pada batinnya selalu membakar semangat bahwa hidup ini tak semudah dan sesederhana itu. Orang tua, kakak dan adiknya menjadi orang pertama yang tak pernah luput dari doa di setia sujud malamnya. Keras memang hidup ini, hanya untuk meraih mimpi bersekolah lagi saja harus banting tulang. Ada fikiran fikiran llain yang mengganggu otaknya untu " menyerah Saja" tetapi ia sadar perjuangan tak sesederhana itu.
Berangkat malam pulang pagi, dan berangkat pagi pulang malam itu sudah hal biasa. Karena ada janji yang besar yang melekat pada dirinya agar tahun epan dapat melangkah ke tanah Rantau lainnya, tempat dimana dia akan berjuang untuk meraih ilmu dan pendidikan.
Tahun menunjukkan 2014, dia masih bertahan di pabrik itu, untuk sekedar pulang saja dia tidak pernah. Namun Tuhan berkehendak lain, saat rindunya pada tanah kelahiran dan ibu bapaknya memuncak tiba - tba ada panggilan dari tempat menimba ilmunya dahulu untuk mendapatkan beasiswa. Ragu, ya karena harus meninggalkan tanggung jawab pekerjaannya hanya untuk pulang. Tetapi mungkin ini jalnnya. Jarak hampir 400 km hanya ditempuh dalam 2 hari. lelah badan ini, tapi keyakinan itu terlalu besar.
Bulan berganti bulan berlalu, mimpinya masih tetap sama dan memang itu yang dia harapka sama dan selalu sama sebelum terwujud. Tahun ajaran berikutnya terbuka, hampir semua jalur ia coa. ia gunakan sebagai ajang balas dendam atas tahun lalu yang tak bisa ia nikmati. Perjalanan Sukabumi - Jakarta- Bogor dan kembali lagi bukan waktu yang singkat. Sendiri, itu lebih mengerikan. Melihat dan mengenal dunia. Berjalan dari satu stasiun ke stasiun yang belum pernah ia jamah menjadi pengalaman baru bagginya. Senang? ya itu yang dia rasakan. Uang kerja kerasnya selama ini terbayarkan untuk mendaftar dan memnuhi hasratnya mendatangi tempat - tempat baru . Aneh memang, saat yang lain temannya sudah merasa nyaman dengan bekerja dan mendapatkan uang sendiri, tetapi dia masih sibuk mencari tempat untuk mengadu ilmu. Terlihat sangat bodoh dia saat melancong ke ibu kota dan berbohong kepada atasannya ijin tak masuk kerja hanya untuk mengikuti tes perguruan tinggi kedinasan untuk tahun kedua kalinya. Itu baru sebaguan kesil saja. Saat ia tak tahu arah jalan pulang dan itu sudah malam, sendirian pula. entah tekad apa yang selalu mendorongnya untuk berani.
Semua itu terlalmpaui. 2 pengumuman diantara tiga dia menangkan. Dia kalah di tempat yang dia idamkan. Ah sudah, mungkin itu jalan terbaik dari Tuhan untuk dirinya. tepat 10 bulan dia melepas status buruhnya dan bersiap menerima status baru yang dia idamkan "mahasiswa".
Ternyata anak itu sudah menjadi mahasiswa sekarang. melewati masa panjang dalam kerasnya hidup menyadarkan kepadanya bahwa pendidikan setinggi apapun tidak penting jika dia tidak memiliki skill yang diperlukan dalam dunia nyata itu sma saja bohong.
Setengah tahun berstatus mahasiswa , belajar menjadi kaum intelektual dengan berbagai pandangan dari segala sisi dan doktrin doktrin yang ada membuat hatinya penasaran. Diikutilah suatu Organisasi dai kampusnya, selain karena alasan jarang pulang dan dari pada di kos ga ada kerjaan , dia juga ingin belaja ilmu ilmu baru yang mungkin akan dia dapatkan selama berorganisasi. Setengah periode sudah kini jabatannya , banyak pelajaran baru yang dia dapat. senang, susah, benci, cinta dan keluarga baru ia dapatkan. Belajar memahami orang lain itu ilmu paling besar yang ia peroleh, belajar tidak egois dan memposisikan diri yang baik menjadi ilmu yang benar - benar ia dalami. Keras memang , tapi dia bisa hanya ada satu yang masih belum bisa, yaitu berbicara di depan orang banyak. Masih perlu belajar banyak dia.
Kini dia sedang belajar lagi mendalami perannya sebagai seorang kaum intelektual muda. Guru kehidupan selalu mengajarinya dengan berbagai sisi dan situasi. Karena Perjuangan tak Semudah dan sesederhana itu :)
Impiannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan Tingginya harus tertunda , faktor biaya dan orang tua yang kurang mendukung menjadi semangat barunya untuk terus berjuang mencapai apa yang dia inginkan.
Bekerja menjadi buruh pabrik ia lakono karena ada satu impian yang selalu mengganggu pikirannya, ingin menjadi Mahasiswa "itu saja". Janji yang melekat kuat pada batinnya selalu membakar semangat bahwa hidup ini tak semudah dan sesederhana itu. Orang tua, kakak dan adiknya menjadi orang pertama yang tak pernah luput dari doa di setia sujud malamnya. Keras memang hidup ini, hanya untuk meraih mimpi bersekolah lagi saja harus banting tulang. Ada fikiran fikiran llain yang mengganggu otaknya untu " menyerah Saja" tetapi ia sadar perjuangan tak sesederhana itu.
Berangkat malam pulang pagi, dan berangkat pagi pulang malam itu sudah hal biasa. Karena ada janji yang besar yang melekat pada dirinya agar tahun epan dapat melangkah ke tanah Rantau lainnya, tempat dimana dia akan berjuang untuk meraih ilmu dan pendidikan.
Tahun menunjukkan 2014, dia masih bertahan di pabrik itu, untuk sekedar pulang saja dia tidak pernah. Namun Tuhan berkehendak lain, saat rindunya pada tanah kelahiran dan ibu bapaknya memuncak tiba - tba ada panggilan dari tempat menimba ilmunya dahulu untuk mendapatkan beasiswa. Ragu, ya karena harus meninggalkan tanggung jawab pekerjaannya hanya untuk pulang. Tetapi mungkin ini jalnnya. Jarak hampir 400 km hanya ditempuh dalam 2 hari. lelah badan ini, tapi keyakinan itu terlalu besar.
Bulan berganti bulan berlalu, mimpinya masih tetap sama dan memang itu yang dia harapka sama dan selalu sama sebelum terwujud. Tahun ajaran berikutnya terbuka, hampir semua jalur ia coa. ia gunakan sebagai ajang balas dendam atas tahun lalu yang tak bisa ia nikmati. Perjalanan Sukabumi - Jakarta- Bogor dan kembali lagi bukan waktu yang singkat. Sendiri, itu lebih mengerikan. Melihat dan mengenal dunia. Berjalan dari satu stasiun ke stasiun yang belum pernah ia jamah menjadi pengalaman baru bagginya. Senang? ya itu yang dia rasakan. Uang kerja kerasnya selama ini terbayarkan untuk mendaftar dan memnuhi hasratnya mendatangi tempat - tempat baru . Aneh memang, saat yang lain temannya sudah merasa nyaman dengan bekerja dan mendapatkan uang sendiri, tetapi dia masih sibuk mencari tempat untuk mengadu ilmu. Terlihat sangat bodoh dia saat melancong ke ibu kota dan berbohong kepada atasannya ijin tak masuk kerja hanya untuk mengikuti tes perguruan tinggi kedinasan untuk tahun kedua kalinya. Itu baru sebaguan kesil saja. Saat ia tak tahu arah jalan pulang dan itu sudah malam, sendirian pula. entah tekad apa yang selalu mendorongnya untuk berani.
Semua itu terlalmpaui. 2 pengumuman diantara tiga dia menangkan. Dia kalah di tempat yang dia idamkan. Ah sudah, mungkin itu jalan terbaik dari Tuhan untuk dirinya. tepat 10 bulan dia melepas status buruhnya dan bersiap menerima status baru yang dia idamkan "mahasiswa".
Ternyata anak itu sudah menjadi mahasiswa sekarang. melewati masa panjang dalam kerasnya hidup menyadarkan kepadanya bahwa pendidikan setinggi apapun tidak penting jika dia tidak memiliki skill yang diperlukan dalam dunia nyata itu sma saja bohong.
Setengah tahun berstatus mahasiswa , belajar menjadi kaum intelektual dengan berbagai pandangan dari segala sisi dan doktrin doktrin yang ada membuat hatinya penasaran. Diikutilah suatu Organisasi dai kampusnya, selain karena alasan jarang pulang dan dari pada di kos ga ada kerjaan , dia juga ingin belaja ilmu ilmu baru yang mungkin akan dia dapatkan selama berorganisasi. Setengah periode sudah kini jabatannya , banyak pelajaran baru yang dia dapat. senang, susah, benci, cinta dan keluarga baru ia dapatkan. Belajar memahami orang lain itu ilmu paling besar yang ia peroleh, belajar tidak egois dan memposisikan diri yang baik menjadi ilmu yang benar - benar ia dalami. Keras memang , tapi dia bisa hanya ada satu yang masih belum bisa, yaitu berbicara di depan orang banyak. Masih perlu belajar banyak dia.
Kini dia sedang belajar lagi mendalami perannya sebagai seorang kaum intelektual muda. Guru kehidupan selalu mengajarinya dengan berbagai sisi dan situasi. Karena Perjuangan tak Semudah dan sesederhana itu :)
Komentar
Posting Komentar